Writed By: Sweta Kartika
Original Title: Personal Branding
Suatu hari saya terlibat dalam sebuah perbincangan seru antar
mahasiswa. Mereka adalah generasi muda yang baru saja meloloskan diri
dari tembok ‘pembatas kreatifitas dan kebebasan’ berlabel Sekolah
Menengah Atas. Tajuk dalam perbincangan kami sangat sederhana, yaitu
“Being Different”. Menjadi beda dengan yang lain.
Sebagian besar orang pasti sempat mengalami krisis kepribadian. Hal
ini bisa saja terjadi jikalau mereka menemukan satu ‘tempat
persinggahan’ yang salah. Krisis kepribadian muncul ketika di dalam diri
seseorang merasa tidak cocok dengan kehidupan yang dijalaninya selama
ini. Lalu terjadilah krisis. Sebagian besar ‘pasien’ krisis
kepribadian ini kemudian mengejawantahkannya lewat tindakan fisik.
Mereka melakukan semacam ‘rebellion act’ menentang aksi kemapanan. Hal
ini biasanya dilakukan dalam skala minor. Penderita krisis kepribadian
lantas mengubah penampilan mereka yang selama ini melekat dengan
kepribadian lama, lalu menggantinya ‘new look’ yang terkadang sangat
berbeda dengan penampilannya yang lama. Tidak hanya tampilan visual dan
fisik, tapi gaya bicara serta tata pandang berpikir pun di sesuaikan.
Sebuah penyakit ‘klasik’ anak-anak muda yang merekrut terlalu banyak
lalulintas informasi tanpa punya ‘saringan’ yang kuat. Aksi mengubah
kepribadian dan penampilan fisik ini disebut ‘Personal Branding’.
Sayangnya, tidak semua orang sadar bahwasannya personal branding itu
muncul dari kebiasaan lama yang dipadu dengan originalitas
kepribadiannya selama ini. Dalam bahasa jawa, ada istilah ‘waton’. Waton ini setidaknya memiliki pengertian ‘core’ atau kebiasaan asli bawaan lahir. Core
atau inti kepribadian dari setiap orang pasti berbeda-beda. Orang yang
biasa bercanda, sampai kapanpun akan terasa sulit untuk menjadi
‘terkesan’ serius. Dan waton bercanda ini akan sulit dihilangkan atau
diseberangkan ke waton yang lain. Kalaupun bisa, tentu akan memakan
proses yang lama. Demikian pula seseorang yang introvert yang pendiam dan tertutup, pastinya akan lebih piawai menyembunyikan rahasia hidupnya dibandingkan dengan orang yang supel dan cablak. Waton atau core kepribadian inilah yang kemudian akan membawa pengaruh terhadap tampilan visualnya.
Penderita krisis kepribadian sebenarnya adalah korban dari aksi ‘ikut-ikutan’. Yang konyol dari gerakan ini adalah, “Mereka mencoba menjadi beda dari yang lain dengan cara ikut-ikutan kelompok tertentu.” Lantas muncul pertanyaan, ‘Bagaimana akan menjadi beda kalau caranya saja “MENIRU”?’.
Kekeliruan ini biasanya tidak mencerminkan ‘waton’ atau kepribadian
asli bawaan masing-masing. Akhirnya, gerakan ‘mencari kepribadian’ ini
hanya bertahan seumur jagung. Dan dalam hitungan hari, boleh jadi
penderita krisis kepribadian ini akan mengganti kepribadian dan tampilan
visualnya lebih dari tiga kali.
Saya sempat tertawa geli sewaktu bertemu seseorang yang mencoba
membranding dirinya dengan cara ‘selalu memakai sandal jepit’. Mungkin
upaya ini ia lakukan untuk dekat dengan kepribadian pengusaha sukses Bob
Sadino. Celakanya, upaya personal brandingnya berbenturan dengan
peraturan perkuliahan yang mengharuskan dirinya memakai sepatu
setiapkali memasuki area kampus. Di lain cerita, saya berbicara dengan
seorang rekan di daerah urban yang selalu gagal dalam tes wawancara
kerja karena ia selalu menolak sewaktu disuruh ‘merapihkan’ jenggotnya.
Merapihkan disini artinya mencukur habis. Memang dalam beberapa
perusahaan dan pabrik, pemilik jenggot diwajibkan memangkas habis
jenggotnya demi tujuan imaging dan kenyamanan bekerja. Tapi,
berbekal keyakinan Islami-nya bahwasannya jenggot adalah Sunnah Rasul,
teman saya menolak melakukannya. Apakah rejekinya berhenti sampai
disitu? Tidak. Teman saya tetap bisa bekerja di tempat lain.
Ada dua hal yang saya garis bawahi. Yang pertama adalah mahasiswa
berbranding sandal japit, dan kedua adalah pekerja muslim berjenggot.
Aksi yang dilakukan sang mahasiswa ini kemungkinan tidak memiliki dasar
yang kuat. Apa yang ia lakukan hanyalah bentuk minor dari sebuah gerakan
anti kemapanan yang menolak sistem dan hukum yang berlaku. Dengan jalur
yang kurang tepat ini, upaya personal brandingnya akan terus
berbenturan dengan wilayah yang lebih ‘mapan’. Lain halnya dengan rekan
saya, pemuda muslim taat yang memelihara jenggotnya. Apakah ia akan
lantas menolak memangkas habis jenggotnya di setiap kesempatan? Tidak.
Pernah sesekali ia hampir mencukur habis jenggotnya demi keperluan
operasi. Ia mencoba fleksible dengan tata norma personal branding yang
ia bangun sendiri. Demikian pula dalam cerminan tingkah lakunya. Tidak
melulu dengan mengedepankan tampilan visual, rekan saya memang sudah
terbiasa memiliki kepribadian yang alim dan bersahaja. Bukan tipe orang
yang neko-neko dan ‘keras’ seperti yang ‘diwartakan’ oleh tampilan
fisiknya. Ia pun sadar, bahwa dirinya hidup dalam sebuah tatanan
pluralisme dengan kemajemukan cara berpikir, yang tidak serta merta akan
menerima cara pandang golongan, seperti ‘hak mempertahankan jenggot
dalam segala situasi’ ini. Ia tetap fleksible.
Kejadian ini kembali membuat saya terrenung. Seperti apa personal brand
yang kita bangun? Apakah kita terlalu sibuk memperbaiki dan mengubah
tampilan visual kita tanpa memperbaiki personality kasat mata yang ada
di dalam? Jangan-jangan kita sudah lari terlalu jauh dari kepribadian
bawaan asli, dan kita telah terlalu sadis mengorbankan semua itu demi
tampilan visual yang mungkin dalam dua periode gerhana sudah akan kita
ganti lagi.
Saatnya merenungi kepribadian asli kita
Rabu, 09 Oktober 2013
Teori Jitu membangun KEDISPLINAN dan menumpas KEMALASAN
Writed By: Sweta Kartika
Original Title: Teori Jitu membangu kedisiplinan dan menumpas kemalasan
Original Title: Teori Jitu membangu kedisiplinan dan menumpas kemalasan
Dulu pernah ada wacana menarik bahwa “Masa Depan Indonesia hanya bisa diselamatkan oleh pemuda-pemudi kreatif.” Setelah wacana itu marak dan tersebar, mulailah bermunculan tentang hal-hal yang mengusung kata kreatifitas.
Hampir dimana-mana; para pakar, praktisi, dan sebagian besar orang
membuat event dan kegiatan dengan embel-embel nama kreatif. Saat ini,
goal untuk mencapai titik kreatif itu mungkin hampir tercapai. Sebagai
buktinya, telah aktif beberapa forum dan kegiatan yang membawa nama
kreatifitas dan telah menelurkan ‘produk-produk didikan’ yang kreatif
pula. Bahkan, pola berpikir dan berkarya ‘kreatif’ itu telah melekat
pada masing-masing individu, sehingga melabelkan istilah ‘insan kreatif’
sebagai gelarnya. Apakah setelah menjadi insan kreatif, lantas masalah
terpecahkan? Belum tentu! Rupanya goal dari kreatifitas itu tidak lantas
berhenti sampai di situ saja. Ada hal lain yang justru menjadi KUNCI
bagi keberhasilan program kreatif itu sendiri.
Pada dasarnya, KREATIF dan INOVATIF itu diperlukan pada awal sebuah proses berkarya. Namun, untuk melanjutkan program itu, kita harus DISIPLIN dan KONSISTEN melanjutkan prosesnya, sehingga goal dari sebuah penciptaan karya dapat tercapai dengan hasil memukau. Sayangnya, dua hal terakhir itulah yang JUSTRU jarang sukses dilaksanakan. Jadi kata kuncinya adalah: Disiplin dan Konsisten.
Pernah muncul selentingan; Pemuda Indonesia itu banyak yang kreatif,
tapi JARANG yang disiplin. Setelah dipikir-pikir memang benar adanya.
Banyak dari kita dan teman-teman diluar sana yang canggih dalam
menelurkan ide dan program karya yang kreatif dan innovatif. Tapi,
hampir kebanyakan dari program itu lantas berhenti pada suatu titik
dimana goal yang tercapai belum maksimal. Banyak yang tidak mengerti
kenapa bisa begitu. Setelah diselidiki, ternyata alasannya sederhana
saja. Kebanyakan dari kita itu TIDAK DISIPLIN dan TIDAK KONSISTEN dalam
berkarya. Setelah satu ide program kreatif muncul dan dijalankan,
pencetusnya tidak disiplin, lalu tidak fokus dan pesimis, lantas beralih
ke ide kreatif lain yang muncul di tengah proses. Hasilnya,
program-program berkarya kreatif itu pun kandas di tengah arena sebelum
mencapai final goal yang diangankan selama ini.
Pertanyaannya:
Bagaimana cara menumbuhkan DISIPLIN DIRI dan MENANGGUHKAN KONSISTENSI dalam berkarya?
Untuk menjawab pertanyaan sederhana itu, setidaknya ada beberapa teori rumit untuk menjawabnya.
Teori itu adalah TEORI LIMA ‘M’:
1. Teori Motivasi
Teori motivasi berbunyi: “Seseorang bersemangat dalam berkarya karena merasa ADA KEUNTUNGANNYA.”
Kebanyakan dari kita itu semangat berkarya hanya pada awal-awalnya
saja. Biasanya di tengah proses, kita menyerah dan tergoda untuk pindah
ke program karya kreatif yang lain. Mengapa bisa begitu? Sederhana saja.
Karena sejak awal si pengkarya belum merumuskan keuntungan apa yang
akan didapat dari karyanya. Atau bisa jadi si pengkarya kemudian tergoda
pada keuntungan lain yang bisa didapat dari program karya lain,
sehingga ia memutuskan untuk pindah program.
Langkah paling jitu dalam teori motivasi adalah: MERUSMUSKAN
KEUNTUNGAN sebelum berkarya. Ini tidak menyalahi aturan kok, justru
membantu kita menjaga periuk semangat agar tetap berasap hingga akhir
proses. Tuliskan dan rumuskan kira-kira keuntungan apa yang bisa didapat
dari program yang akan kita jalankan. Pasang rumusan itu di hati dan
kepala kita layaknya billboard di jalan raya, sehingga kita tidak
tergoda untuk mampir ke warung ide lain yang bermuculan di pinggir
jalan, alih-alih kita justru akan semakin fokus berkarya tiapkali
mengangankan keuntungan dari proses berkarya itu.
Contohnya: Bila kita sedang memulai program menulis novel,
angankanlah keuntungannya. Impikanlah betapa indahnya ending cerita itu
bila nanti dibaca oleh teman-teman kita. Bayangkan decak kagum dan
kebanggaan teman-teman kita yang membaca karya novel kita. Halalkan
membayangkan keuntungan finansial dan popularitas jika novel kita
menjadi best seller nanti.
Ini sah-sah saja. Syaratnya: Perumusan keuntungan ini jangan
diangankan berlebihan di awal proses saja, tapi justru di tengah proses.
Itulah yang akan mengkatalisasi semangat kita sehingga kita akan
melakukan manajemen percepatan waktu, dan aspek Disiplin diri dan
Konsistensi dapat terselamatkan hingga akhir proses.
2. Teori Manfaat
Sepertinya sudah menjadi sebuah kesepakatan tidak tertulis bahwa
“Sebaik-baik manusia itu yang paling memberi manfaat bagi orang lain”.
Kata-kata ‘paling’ itu bermakna ‘banyak’. Artinya, seberapa banyakkah
manfaat yang kita berikan kepada orang lain dengan karya kita. Karya itu
tidak selalu berbentuk materi, tapi bisa juga non-materi, seperti:
nasihat, pemikiran, ide, dan lain-lain. Jika di dalam hati kita sudah
tertanam Teori Manfaat ini, maka kita akan terpacu untuk memaksimalkan
karya untuk memberikan manfaat yang berarti bagi orang banyak, sehingga
kita lebih disiplin dan konsisten dalam prosesnya.
Terkadang, kita masih kesulitan untuk memprioritaskan hal-hal yang
bermanfaat untuk dilakukan terlebih dahulu. Malahan kebanyakan dari kita
melakukan yang sebaliknya, artinya, hal yang kurang bermanfaat justru
kita kerjakan berapi-api, sementara hal lain yang memberikan manfaat
sebenarnya justru dikesampingkan. Cobalah untuk berpikir dewasa.
Rumus sederhana untuk membedakan anak-anak dengan orang dewasa itu adalah:
“Dalam mengerjakan sesuatu, anak-anak akan memilih hal yang paling
menyenangkan. Sementara itu, orang yang dewasa akan memilih hal yang
paling bermanfaat.”
Sebagai orang bijak, kita harus bisa melakukan hal yang menyenangkan sekaligus bermanfaat.
Teori manfaat ini harus kita tanamkan dari awal hingga nanti
berakhirnya proses berkarya. Bayangkan manfaat dari karya yang sedang
kita buat nanti. Manfaatkanlah proses berkarya ini sebagai proses
penempaan diri untuk belajar fokus sebagai seorang professional sejati.
Rumuskanlah manfaat ‘berproses’ yang sangat menuntut kedisiplinan itu,
sehingga ketika karya itu selesai tercipta, nilai diri kita JAUH LEBIH
BERMANFAAT daripada karya yang kita ciptakan.
3. Teori Manajemen Jadwal
Nyaris berhubungan dengan Teori Manfaat, Teori Manajemen Jadwal ini
fokusnya adalah “Menghargai Waktu”. Hidup di dunia di belahan
manapun,kita akan dianugerahi modal waktu 24 jam. Seorang professional
yang paling beruntung adalah mereka yang bisa memanfaatkan 24 jam itu
untuk berkarya sebaik-baiknya. Sayangnya, terkait dengan teori manfaat
di atas, kita lebih menjagokan energi untuk melakukan hal-hal yang
kurang memberi manfaat.
Rumusnya adalah: Mengurangi Melakukan Hal-hal Negatif yang Membuat Kecanduan.
Hal-hal negatif ini sifatnya sangat relatif, diukur dari
masing-masing individu. Misalnya, kurangilah main Game yang membuat
kecanduan. Kurangilah kongkow/nongkrong-nongkrong nggak jelas yang
menghabiskan waktu. Kurangilah duduk seharian meratapi dinding jejaring
sosial yang membuat kecanduan. Kurangilah merokok yang membuat
kecanduan. Lho, apa hubungannya sama merokok? Ada!
Merokok itu mengurangi tiga jatah hidup kita: Waktu, Kesehatan, dan
Uang. Kalau nggak kecanduan sih nggak masalah. Yang jadi masalah adalah
kalau kita jadi kecanduan, sementara budget kita minim dan kecerdasan
kita akah kesehatan cenderung jongkok. Rasanya jarang sekali
orang bisa berkarya sambil merokok. Kalaupun ada, ya paling satu-dua
orang saja, dan itu pasti orang spesial. Intinya, mulailah memetakan
hal-hal posotif dan negatif ditinjau dari sisi kemanfaatan waktu.
Langkah sederhana dalam melaksanakan teori ini adalah: MENULISKAN JADWAL KITA SEHARI-HARI.
Seorang game-maker di Square-Enix bernama Tokita Takashi pernah
melakukan presentasi tentang karya-karya gamenya. Slide ketiga dari
presentasi itu berisi tentang Jadwal Hidupnya dari bangun pagi sampai
tidur lagi sepulangnya bekerja. Beberapa orang juga pernah menceritakan
tentang kebiasaan orang jepang dalam menuliskan jadwal hidupnya, dan
memampangkannya dengan bangga ke koleganya. Artinya, mereka sangat
menghargai waktu dan disiplin terhadap jadwal hidupnya.
Menjiplak kebiasaan baik mereka, maka kita harus mulai belajar menuliskan jadwal hidup kita sehari-hari.
Otak manusia cenderung berpikir secara visual. Seseorang akan kesulitan mengangankan jadwal hidup jika tidak menulisnya.
Maka, TULISLAH jadwal hidup kita.
Belilah whiteboard dan pasanglah didinding dimana mata kita bisa
mudah mengaksesnya. Tulislah deskjob kita berikut deadline dan cara
pengerjaannya. Cobalah menuliskan peta berpikir kita pada papan putih
itu. Dengan kita menuliskan jadwal, kecenderungan kita untuk patuh akan
menjadi tinggi, sehingga KEDISIPLINAN dan KONSISTENSI dalam berkarya
akan tercipta. Sediakan kalender meja di bawahnya. Lingkari
tanggal-tanggal yang sekiranya penting dan buatlah plan-plan sederhana
pada bulan-bulan berikutnya. Cara ini sangat efektif untuk menyusun
visi-misi kita ke depan, sehingga kita bisa hidup sebagai professional
yang lebih terrencana.
Langkah berikutnya adalah Membuat Deadline-deadline personal.
Jika kita sudah dipatok dengan deadline dari klien, maka buatlah
deadline personal untuk kita sendiri yang jadwalnya jauh lebih maju
daripada deadline mereka. Menyiksa-kah? Jelas! Tapi justru dengan
begitulah kita merasa tercambuk dan tertempa dengan lebih keras. Dengan
adanya deadline personal itu, kita jadi mempunyai waktu leluasa untuk
melakukan perbaikan dan penyempurnaan.
So, mulailah menyusun jadwal kita~!
4. Teori Membanggakan Prestasi Orang Lain
Kata orang, teori ini sangat riskan. Ada sebagian orang yang percaya
bahwa dengan melihat prestasi orang yang lebih unggul akan membuat kita
minder dan putus asa dengan prestasi kita. Sebenarnya itu tergantung
pola pikir saja. Mindset orang pesimis mungkin akan meneriakkan panji
itu. Tapi sebagai orang Optimis, kita justru merasa akan TERCAMBUK
melihat prestasi orang lain yang lebih gemilang.
Apakah kita harus iri dengan prestasi mereka?
Boleh! Asalkan ‘iri’ dalam skala Positif. Jika dia saja bisa sehebat
itu, mengapa kita TIDAK? Jangan jawab pertanyaan ini dengan jawaban
penuh keteduhan: “Nasib orang kan masing-masing”. Memang benar. Tapi
makna dari jawaban itu bukan berarti kita harus menyerah dengan nasib
kita yang sedang terpuruk. Bisa jadi kita terpuruk dalam lembah
kegalauan gara-gara kita MALAS, sementara mereka yang berprestasi hidup
di puncak kecemerlangan semesta karena KEDISIPLINAN mereka dalam
berkarya. Jangan iri yang negatif dengan berusaha menyusun kudeta untuk
menumbangkan prestasi mereka. Melainkan iri-lah dengan semangat
ke-professional-an mereka yang rupawan. Lalu cobalah untuk sharing
passion dengan mereka, sehingga semangat dan kedisiplinan mereka akan
tertular kepada kita.
Jangan melihat orang-orang yang berprestasi itu sebagai saingan,
nanti kita cenderung akan minder dan berusaha menjatuhkan. Melainkan
lihatlah mereka sahabat kita sebagai orang yang sama-sama berjuang di
medan yang sama melawan musuh yang sama, yaitu: KEMALASAN dan
KETIDAKDISIPLINAN.
Masa iya mereka bisa berprestasi sementara kita cukup begini-begini saja? Tidak. Saatnya memulai perubahan itu!
Dengan bekal teori inilah kita akan lebih mudah menjalankan visi-misi
kita ke depan menjemput satu titik finish dengan catatan waktu dan
kualitas terbaik.
5. Teori Maklumat “XGRA AXY”
Kalimat XGRA AXY (*baca: Segera Aksi) dipopulerkan oleh Repooblyq Qdjy, dan konon ini adalah semboyan yang dimaklumatkan dalam setiap aksi-nya. XGRA AXY bermakna: Bersegeralah melaksanakannya!
Esensi dari kata ini adalah:
- Start As Soon As You Can –> Mulai sekarang juga! Jangan ditunda nanti, sejam lagi, atau besok. Sekarang!
- Stop Over Analyzing. Just Do It! –> Jangan kebanyakan mikir! Sudah, lakukan saja dulu!
- Take the highest Risk on your Decision –> Setiap kegiatan pasti ada resikonya. Hadapi saja resiko itu!
Pengecut sejati adalah orang yang gemar menunda-nunda, memilih
bersembunyi dibalik kenyamanan nasib yang belum tentu nyaman, mendewakan
kemalasan, terlalu banyak alasan setiapkali akan memulai sesuatu, dan
takut menerima resiko dari setiap keputusan yang difatwakannya.
Sementara,
Seorang Pemenang sejati adalah orang yang tidak mudah menyerah,
tertawa menantang setiapkali diterpa resiko, berani melakukan hal yang
berbeda dari mainstream, selalu menjunjung tinggi kejujuran dalam
berproses, dan selalu bangkit setiapkali gagal ditengah proses.
Pengecut sejati akan mati dalam ketiadaan dan sirna dalam kenangan
siapapun, sementara Pemenang sejati adalah manusia yang menjunjung harga
dirinya dalam memberikan manfaatnya bagi sebanyak-banyaknya orang.
XGRA AXY mungkin hanya kalimat sederhana, tapi dalam maknanya.
Empat teori di atas hanya akan tetap jadi teori jika kita tidak mempraktekkannya.
XGRA AXY adalah kalimat maklumat untuk melaksanakan empat teori itu.
Tanamkan kalimat XGRA AXY di hati dan pikiran kita, ketika akan berkarya maupun dalan proses berkarya.
Propagandakan kata XGRA AXY setiapkali kita menuliskan ide dan
kata-kata semangat kita di manapun berada; status facebook, buku catatan
harian, schedule-task di whiteboard, dan di dinding kamar mandi. Dengan
adanya triger kalimat ini, maka kita akan malu menunda, dan bersegera
dalam menjalankan kegiatan apapun
—
Lima teori di atas mungkin masih jauh dari sempurna. Pastinya akan
ada teori-teori lain dari rekan-rekan yang telah berhasil merumuskannya
usai bergelut dalam proses. Hal yang paling memuaskan adalah ketika
karya kita SELESAI dan DI APRESIASI oleh orang lain dengan penuh
kebanggan. Dan kesempurnaan dari tuntasnya proses adalah KITA MENJADI
INSAN YANG LEBIH BERHARGA DARIPADA KARYA YANG KITA CIPTAKAN. Selesaikan
setiap hal yang sudah kita mulai.
Menjadi kreatif dan inovatif itu tidak cukup. Kita juga harus DISIPLIN dan KONSISTEN dalam berkarya.
Jangan menutup diri menerima ilmu, karena masih ada ilmu-ilmu bermanfaat lain di luar sana. Terbukalah untuk menerimanya.
Sebarkan ilmu dan teori ini seluas-luasnya. Pastikan orang lain menerima manfaat dari kita.
“Orang yang sombong bukanlah orang yang gemar memamerkan ilmunya, melainkan orang yang enggan menerima ilmu dari orang lain, karena merasa ilmu yang dimilikinya sudah lebih dari cukup”.
~Salam Majelis 7~
Intermezzo tingkat tinggi ( tentang `AKU`)
Writed By: Sweta Kartika.
Original Title: Bagaimana caranya mendapatkanmu tanpa kehilangan diriku (?)
Original Title: Bagaimana caranya mendapatkanmu tanpa kehilangan diriku (?)
#Pertama
Kelas Merenung
Ada berapa banyak buku yang kau baca, Nak?
Banyak sekali.
Seberapa besar buku-buku itu berarti bagi hidupmu?
Besar sekali.
Seberapa besar pengaruhnya pada hidupmu sekarang?
….
(Kau tidak menjawab).
Saya pernah diceritai oleh seseorang, begini:
Pada usianya yang ke empat puluh, seorang lelaki arab bernama
Muhammad menerima wahyu dari Sang Cahaya Terutus bernama Jibril di
sebuah Gua di perbukitan tinggi Hira. Kata pertama yang terucap ke
telinga Muhammad adalah sebuah perintah sederhana:‘Bacalah’
Oleh seorang ahli tafsir, ‘Bacalah’ bermakna “Menghimpun”. Sekian
banyak tanda-tanda yang terjadi di sekitar kita adalah pelajaran
penting; ilmu; sesuatu yang bisa diolah. Tugas kita adalah menghimpun
ilmu-ilmu itu. Kau banyak membaca buku sebagai jendelanya. Lalu kau
banyak bertualang untuk menghimpunnya. Pertanyaannya adalah:
Sampai sejauh mana peran ilmu-ilmu yang kau himpun bagi hidupmu?
Kau punya banyak ilmu, tapi miskin pengamalan. Seperti kau
banyak-banyak makan, tapi tak satupun kau buang ampasnya di lubang
toilet. Ilmu yang kau makan itu membusuk kian parah dan meracuni usus
juga otakmu.
Sudahlah. Hentikan membaca banyak-banyak buku jika itu tak mempengaruhi hidupmu.
Buku itu adalah HASIL PEMIKIRAN ORANG ATAS PETUALANGANNYA MENCARI JAWABAN ATAS HIDUPNYA, bukan atas HIDUPMU.
Buat apa banyak ilmu tapi sedikit amal?
Buat apa kau baca buku-buku itu kalau hidupmu tak jadi lebih baik?
Buat apa kau melakukan semua ini kalau hidupmu tak juga semakin cerah?
Jauh lebih baik sedikit ilmu tapi diamalkan dengan baik, dan disebarluaskan dengan cara yang tepat.
Kalau kau terus-terusan membaca buku-buku itu tapi hidupmu saja tak
jadi lebih baik,kau seperti menumpuk sampah di dalam kepala, dan lambat
laun kau kesulitan membedakan: Mana kamu, mana sampahnya?
I think, you just read the wrong books.
Just go outside, and WRITE your own book!
Don’t live under people’s judgement….
#Kedua
Raspberry
Bayi terlahir dengan sejuta kekaguman. Kealpaan isi kepala dan
hatinya menjadikannya selalu ingin tahu apa yang baru saja dilihatnya.
Kekaguman bayi adalah anugerah manusia pertama.
Alkisah dua bayi terlahir ke dunia di waktu yang sama, di dua tempat yang berbeda.
Bayi yang pertama lahir di Jakarta, di sebuah keluarga kaya yang
selalu punya waktu untuk bermain di taman bermain somewhere di luar
negeri.
Bayi yang kedua lahir di sebuah desa yang teduh, dengan lingkungan
anak-anak yang menghabiskan waktunya mengkreasikan senjata tembak dari
bambu dengan berbagai teknis lontaran peluru.
Kedua bayi ini tumbuh menjadi besar dengan lingkungan masing-masing.
Dan dengan cara didik dan pengalaman budaya yang berbeda, watak dan
kepribadian mereka terbentuk. Pada suatu masa, keduanya dipertemukan.
Si ‘bayi’ pertama membuka bekal favoritnya, lalu menawarkan kepada ‘bayi’ kedua.
Bekal itu adalah: manisan Raspberry. Sungguh suatu makanan asing yang
pernah terdengar di kuping di ‘bayi’ kedua. Dengan penuh kekaguman, si
‘bayi’ kedua menyantap bekal favorit si ‘bayi’ pertama. Lalu mulailah
mereka bercerita pengalaman masing-masing.
Saat menceritakan kisahnya, seakan-akan si ‘bayi’ pertama merasa
telah melakukan segala hal, dari yang baik hingga yang paling buruk. Hal
itu menciptakan kekaguman luar biasa bagi si ‘bayi’ kedua. Kekaguman si
‘bayi’ kedua telah menciptakan rasa bangga bagi si ‘bayi’ pertama.
Tiba giliran si ‘bayi’ kedua bercerita. Yang ia ceritakan adalah
tentang kesamaan rasa manisan Raspberry dengan rasa buah Cimplukan (Physalis peruviana, Linn.)
yang pernah ia makan sewaktu kecil. Sebuah cerita yang sederhana.
Cerita tentang petualangan masa kecil si ‘bayi’ kedua saat menembus
semak belukar di kampungnya mencari buah liar dari tanaman perdu
setinggi lutut yang memiliki rasa asam dan manis yang dikombinasikan
dengan sangat cantik. Cerita sederhana itu telah menciptakan kekaguman
yang sama bagi si ‘bayi’ pertama.
Dua ‘bayi’ yang telah tumbuh menjadi remaja dewasa itu masih punya banyak cerita yang bisa di bagi.
Masih banyak waktu. Masih banyak hari.
#Ketiga
Dari Detoxifikasi Puasa sampai Lalap berkualitas Internasional
Tanyakan pada mereka-mereka yang merokok:
Seberapa besar kesadaran mereka tentang kesehatannya?
Jawabannya: Besar Sekali.
Merokok itu pilihan. Bukan pilihan yang salah atau pilihan yang benar. Just PILIHAN.
Konsekuensi dari ‘merusak kesehatan’ adalah ‘belajar tentang kesehatan’.
Salahkah kita makan daging sapi sebagai menu makan malam? Jawabannya: Benar dan Salah.
Salah; ketika kita rutin menjadikan daging sapi sebagai menu
makan malam, karena perut kita dituntut untuk beristirahat disaat kita
tidur. Daging sapi yang berserat tinggi dan meminta jumlah asam lambung
yang tinggi akan membuat kinerja lambung terforsir sementara seharusnya
dia diistirahatkan. Jika itu dilakukan sering dan rutin, lambung kita
bisa stress, dan kita jatuh ke dalam lembah penyakit maut yang sulit
disembuhkan.
Benar; ketika kita mengkonsumsinya sesekali saja, dan kita
mengimbanginya dengan berolahraga juga mengkonsumsi makanan yang
menetralkan produksi asam lambung dengan baik.
Kuncinya: Seimbangkanlah segala hal.
Merokoklah selama tidak merugikan kesehatanmu dan orang-orang di sekelilingmu yang kau cintai.
Merokoklah bersama mereka-mereka yang kau benci, agar mereka-mereka cepat mati saja.
Perokok pasif lebih cepat mati ketimbang perokok aktif kan?
Bunuh mereka dengan kesenanganmu.
Lalu, netralkan kesehatanmu dengan detoxifikasi. Detoxifikasi itu
membuang racun (toxin) dalam tubuh. Salah satu jalan terbaik adalah
dengan berpuasa. Berpuasa artinya mengurangi sistem kinerja organ tubuh,
dan mengoptimalkan produksi anti-toxin di dalam tubuh. Berpuasa dapat
membantu membuang toxin dari nikotin yang masuk ke dalam sel-sel tak
berdosa di dalam sana.
Kemudian, konsumsilah makanan-makanan alami yang diambil dari bahan
alam: Sayuran. Yang akan menjaga kesehatan kita bukanlah masakan hotel
berbintang lima denga harga enambelas kali lipat dari gaji pembantu di
rumah-rumah mewah itu. Yang akan menjaga kesehatan kita adalah makanan
alami yang proses pengolahan dari alam itu sangat dekat hingga saat kita
konsumsi.
Kita adalah bagian dari alam.
Menghormati diri sendiri, berarti kita menghormati alam.
Merusak diri sendiri, berarti kita merusak alam.
Jangan salahkan hidup jika kita saja dengan penuh kesadaran merusak kesehatan kita sendiri.
Alam yang akan mengeksekusi.
Ingat: Seimbanglah.
#Keempat
Dua Biji
Mau mengalahkan laki-laki? Hajar biji zakarnya.
Biji adalah sumber energi. Biji apapun.
Pelajaran IPA kelas tiga mengajarkan tentang dahsyatnya biji pada tumbuh-tumbuhan.
Dalam biji itu terdapat bakal buah. Dari sebutir biji kecil akan
menjelma nejadi satu pohon besar yang mengakar kuat pada kulit bumi.
Betapa pentingnya biji itu.
Biji adalah inti.
Biji dari kita semua ada dua:
Pola Pikir dan Pola Hidup.
Pola pikir akan menentukan Pola hidup.
Seseorang tidak akan pernah bisa mengubah Pola Hidupnya selama Pola
Pikirnya belum berubah, Ubahlah pola pikir terlebih dahulu. Jika pola
pikir kita terhadap sesuatu itu serba miring, hidup kita miring-miring.
Menegakkan satu benda saja susah. Jika pola pikir kita lurus, melihat
pola hidup yang miring rasanya ingin meluruskan.
Dalam pola pikir kita terdapat bakal (calon) ranting hati kita,
batang resolusi kita, akar logika kita, daun nafsu kita, dan guratan
serat sikap kita. Tanamkan biji pola pikir kita dengan perawatan pola
hidup yang tepat, maka kita akan selamat.
#Kelima
Sejauh Apapun Aku Melangkah, Aku Tetap Akan Kembali Kemari
Garis hidup kita ibarat rel kereta api dari logam magnet.
Kereta apinya adalah kelakuan kita dan pengaruh alam terhadap kelakuan kita.
Laju kereta api adalah keinginan kita.
Machinistnya adalah logika kita.
Penumpangnya? Mungkin nafsu kita.
Sehebat apapun kereta itu berkelit dari jalur, ia akan tetap terikat. Tidak bisa keluar dari jalur.
Garis hidup dalam istilah Jawa dikenal sebagai Waton.
Orang yang waton-nya bercanda, mau dibawa serius, tetap saja terkesan jenaka.
Orang yang waton-nya serius, mau bikin lawakan setengah mati, tetap saja garing.
Orang yang waton-nya baik, mau sok-sokan jadi bangsat, tetap saja kalah oleh hati nurani.
Orang yang waton-nya lemah, mau belagu sok tegar, tetap saja menangis jika jauh dari orang-orang yang melindunginya.
Sejauh apapun kita melangkah meninggalkan siapa diri kita yang
sebenar, tetap saja akan berlabuh pada dermaga yang sama. Seseorang
tidak bisa menjadi orang lain. Siapapun dia hanya bisa dituntut untuk
menjadi dirinya sendiri YANG LEBIH BAIK dari hari ke hari.
—-
Aku ingin menjadi diriku saja.
Mencintai diriku saja.
Dan mereka akan (di)datang(kan) masuk ke dalam hidupku karena aku (telah berusaha) menjadi diriku apa adanya.
~Salam Majelis~
I N S P I R A S I
Writed by: Sweta Kartika (link)
Original title: Kelas Inspirasi
Ide itu seperti parasit. Bisa jadi sangat simpel, kecil, dan sederhana. Tapi jika ditanam pada ‘ladang’ yang tepat, maka ia akan menjangkit dan berkembang, berevolusi menjadi sebuah gagasan rumit, dan berakhir menjadi sebuah perubahan besar. Bukan masalah ide-nya, tapi seberapa berkualitas ‘ladang’nya. Ladang itu adalah imajinasi kita. Pupuk dari imajinasi adalah experience.
Ladang imajinasi terbaik untuk sebuah simple idea ada di kepala anak-anak.
Perkawinan ide dan imajinasi itu kemudian bermetamorfosis menjadi sebuah partikel baru yang dinamakan:
I n s p i r a s i
Pada suatu hari, saya dikabari oleh salah seorang teman yang pernah mengikuti Program Indonesia Mengajar namanya Nene. Dia meminta saya untuk mengikuti sebuah program baru dibawah asuhan Indonesia Mengajar, bernama Kelas Inspirasi. Mendengar kata ‘inspirasi’ itu, saya segera tertarik. Rupanya program ini sedikit berbeda dengan Indonesia Mengajar, yang telah mengirimkan tenaga muda pengajar ke pulau-pulau terpencil di Indonesia. Kelas Inspirasi merupakan sebuah program yang membuka kesempatan bagi para professional yang bekerja di berbagai bidang untuk bisa meluangkan waktunya dalam satu hari guna membagi ilmu dari bidang keprofesiannya kepada anak-anak SD yang ada di Jakarta. Sebagai langkah awal, dibukalah Kelas Inspirasi angkatan pertama yang diikuti oleh 200 professional dari berbagai bidang.
Ada yang pilot, geologist, peneliti, neurologist, wartawan, lighting desiner, bahkan ada pula CEO sebuah Bank Swasta. Keragaman profesi dari orang-orang yang dikumpulkan di sebuah aula besar pada tanggal 14 April itu menandai titik awal dari sebuah pergerakan di dalam dunia pendidikan.
Acara Pembukaan Kelas Inspirasi dibuka oleh Pak Anies Baswedan. Saya boleh berkata, bahwa semua ucapan beliau melalui pidatonya itu bisa dibukukan. Karena semua kata yang terucap itu Penting dan Inspiratif. Beliau pernah bercerita tentang masa lalunya sewaktu kuliah di UGM. Beliau bertemu dengan seorang Ustadz sekaligus dosen sekaligus ahli di bidang Kelistrikan. Dari pertemuan dengan Ustadz Super (*yang saya lupa namanya), Pak Anies mendengar cerita bagaimana Sang Ustadz bisa menjadi seorang ahli insinyur kelistrikan. Ternyata, pada masa kanak-kanaknya, beliau pernah mendatangi sebuah peresmian Bendungan yang dibuka oleh Pidato sederhana dari Bung Hatta. Dalam pidato sederhana itu, Bung Hatta berkata:
“….di masa mendatang, Indonesia akan membutuhkan lebih banyak lagi bendungan-bendungan seperti ini. Dan dari bendungan ini, diperlukan insinyur-insinyur kelistrikan yang akan menyalakan lampu-lampu di seluruh Indonesia. Jika listrik bisa lancar sampai ke pelosok-pelosok, maka pembangunan di Indonesia akan lebih maju dan berkembang….”Pidato Bung Hatta yang relatif datar itu kemudian merasuk ke dalam kepala orang-orang yang hadir di acara peresmian bendungan itu. Tak terkecuali di kepala beliau, pak Ustadz Ahli Kelistrikan. Sebuah perkataan singkat yang datar, namun telah menginspirasi seorang anak kecil untuk belajar denga gigih hingga akhirnya ia berhasil mencapai cita-citanya.
Mendengar cerita itu, saya sebagai komikus mencoba mengkorelasikan fakta tersebut ke dalam komik 20th Century Boys karya Naoki Urasawa. Di dalam komik tersebut, sekelompok anak-anak kecil Jepang merencanakan sebuah penghancuran dunia dalam kitab ramalan yang mereka tulis berdasarkan imajinasi. Beberapa puluh tahun kemudian, salah seorang dari kumpulan anak-anak itu mewujudkan imajinasi tersebut. Dan dengan menyembunyikan identitasnya dalam topeng “Sahabat”, ia mencoba menguasai dunia.
Bayangkan, sebuah imajinasi di masa kecil akhirnya sanggup mengubah dunia menuju artificial apocalypse yang mengerikan.
Saya kembali diingatkan oleh sebuah pepatah sederhana dari Mahatma Gandhi yang berbunyi:
“Jika ingin menciptakan perubahan, mulailah dari anak-anak.”
Sebelum menjadi dokter spesialis bedah saluran pencernaan nomor satu di Jepang, Dr. Shigeo Haruyama adalah seorang anak kecil yang ditanamkan untuk hidup sehat secara alami oleh keluarga kakeknya yang ahli akupunktur. Setiap hari di masa kecil, ia terbiasa menyaksikan keluarganya meracik obat herbal dan menyaksikan puluhan pasien datang ke rumahnya dalam keadaan sakit dan terkadang sudah dalam keparahan tingkat lanjut. Kejadian di masa kecil itu telah menyihir pandangannya tentang masa depan dunia kedokteran Jepang. Sebuah kejadian kecil di masa silam telah menginspirasinya untuk menjadi seorang ahli bedah seperti saat ini.
Ide itu seperti parasit. Kata-kata ini saya dapatkan di film Inception besutan sutradara favorit saya, Christoper Nolan. Kalimat itu saya imani sebagai bentuk apresiasi terhadap keluarbiasaan kinerja otak manusia yang merupakan ‘ladang’ tersubur untuk bangkitnya sebuah gagasan maut dari sebuah ide sederhana. Inception sendiri bermakna ‘menyusupkan’. Bagaimana sebuah ide di-susup-kan ke dalam otak, untuk kemudian dibiarkan berkembang dengan subur, dipupuk oleh peristiwa dan semangat-semangat dari luar, sehingga terciptalah sebuah partikel baru yang dinamakan Inspirasi.
Saya percaya, begitulah kinerja otak kita. Jika sebuah ide ditanamkan ke dalam ‘otak’ melalui visual,audio,maupun perkawinan keduanya, maka ia akan berevolusi secara perlahan maupun cepat, dan bermetamorfosis menjadi sebuah gagasan besar jika dipupuk dengan sokongan ilmu pengetahuan terkait, sehingga akan melahirkan sebuah tindakan konkret yang membawa perubahan besar. Itulah inspirasi.
Ada empat tingkatan seseorang dalam mengembangbiakkan sebuah ide dengan ilmu:
1. Tahu
Tahap pertama dari sebuah pembelajaran adalah ‘tahu’. Dengan mengetahui, maka seseorang akan bijaksana dalam memilih. Mencari tahu adalah tahap paling dasar dimana seseorang mengetahui mana benar mana salah, mana hitam mana putih.
2. Memberitahu
Satu langkah lebih maju dari sekedar tahu adalah Memberitahu. Disinilah tahap awal dari sisi sosial, yaitu ketika kita dituntut untuk ikhlas memberitahukan pengetahuan kita kepada orang lain. Dengan kita memberitahu, maka terjadilah proses pemindahan ilmu dari kepala kia ke kepala orang lain.
3. Mengajari
Tahap mengajari artinya kita tidak hanya sekedar memberitahukan, melainkan juga mengajari caranya. Dengan kita mengajari sebuah ilmu pengetahuan, berarti kita telah mentransfer kepandaian kita sembari kita melakukan sebuah gerakan bersosialisasi dengan lingkungan. Mengajari artinya mendeliver ilmu dan pengetahuan. Namun, yang paling puncak diantara semua adalah…
4. Menginspirasi
Cukuplah dengan kita berkarya sepenuh hati, lalu kita sebarluaskan karya kita, maka orang-orang yang menyaksikannya segera terinspirasi. Mereka, orang-orang besar yang berkarya dengan hati untuk hidupnya dan sesamanya selalu berhasil menginspirasi dunia dan menciptakan sebuah perubahan besar-besaran menuju peradaban yang lebih baik. Nabi, Filosof, Ilmuwan, Dokter, Sastrawan, dan ribuan orang-orang hebat adalah sosok-sosok inspirator yang tidak hanya sekedar tahu, atau memberitahu, maupun mengajari. Tapi menginspirasi. Setiap tindakannya, gagasannya, karyanya adalah benih inspirasi bagi orang-orang di seluruh dunia, yang akan terus berkembang sekalipun mereka telah tiada.
Inspirasi adalah sebuah partikel maut yang sanggup bermetamorfosis menjadi sebuah perubahan besar.
Inspirasi adalah sebuah titik kecil diantara badai debu realita dan pengetahuan bias.
Inspirasi adalah bom yang siap meledak secara merata, karena telah menyusup secara halus ke dalam ‘lahan-lahan’ yang kondusif untuk berkembang biak.
Sweta Kartika
{ Komikus }
----
"Bahaya itu bukan ketika kau menggantungkan cita-cita terlalu tinggi sehingga sulit kau gapai. Bahaya itu justru ketika kau menggantungkan cita-cita terlalu rendah, sehingga bisa kau gapai dengan mudah." --Ibu Lily Herliawati
Original title: Kelas Inspirasi
Ide itu seperti parasit. Bisa jadi sangat simpel, kecil, dan sederhana. Tapi jika ditanam pada ‘ladang’ yang tepat, maka ia akan menjangkit dan berkembang, berevolusi menjadi sebuah gagasan rumit, dan berakhir menjadi sebuah perubahan besar. Bukan masalah ide-nya, tapi seberapa berkualitas ‘ladang’nya. Ladang itu adalah imajinasi kita. Pupuk dari imajinasi adalah experience.
Ladang imajinasi terbaik untuk sebuah simple idea ada di kepala anak-anak.
Perkawinan ide dan imajinasi itu kemudian bermetamorfosis menjadi sebuah partikel baru yang dinamakan:
I n s p i r a s i
Pada suatu hari, saya dikabari oleh salah seorang teman yang pernah mengikuti Program Indonesia Mengajar namanya Nene. Dia meminta saya untuk mengikuti sebuah program baru dibawah asuhan Indonesia Mengajar, bernama Kelas Inspirasi. Mendengar kata ‘inspirasi’ itu, saya segera tertarik. Rupanya program ini sedikit berbeda dengan Indonesia Mengajar, yang telah mengirimkan tenaga muda pengajar ke pulau-pulau terpencil di Indonesia. Kelas Inspirasi merupakan sebuah program yang membuka kesempatan bagi para professional yang bekerja di berbagai bidang untuk bisa meluangkan waktunya dalam satu hari guna membagi ilmu dari bidang keprofesiannya kepada anak-anak SD yang ada di Jakarta. Sebagai langkah awal, dibukalah Kelas Inspirasi angkatan pertama yang diikuti oleh 200 professional dari berbagai bidang.
Ada yang pilot, geologist, peneliti, neurologist, wartawan, lighting desiner, bahkan ada pula CEO sebuah Bank Swasta. Keragaman profesi dari orang-orang yang dikumpulkan di sebuah aula besar pada tanggal 14 April itu menandai titik awal dari sebuah pergerakan di dalam dunia pendidikan.
Acara Pembukaan Kelas Inspirasi dibuka oleh Pak Anies Baswedan. Saya boleh berkata, bahwa semua ucapan beliau melalui pidatonya itu bisa dibukukan. Karena semua kata yang terucap itu Penting dan Inspiratif. Beliau pernah bercerita tentang masa lalunya sewaktu kuliah di UGM. Beliau bertemu dengan seorang Ustadz sekaligus dosen sekaligus ahli di bidang Kelistrikan. Dari pertemuan dengan Ustadz Super (*yang saya lupa namanya), Pak Anies mendengar cerita bagaimana Sang Ustadz bisa menjadi seorang ahli insinyur kelistrikan. Ternyata, pada masa kanak-kanaknya, beliau pernah mendatangi sebuah peresmian Bendungan yang dibuka oleh Pidato sederhana dari Bung Hatta. Dalam pidato sederhana itu, Bung Hatta berkata:
“….di masa mendatang, Indonesia akan membutuhkan lebih banyak lagi bendungan-bendungan seperti ini. Dan dari bendungan ini, diperlukan insinyur-insinyur kelistrikan yang akan menyalakan lampu-lampu di seluruh Indonesia. Jika listrik bisa lancar sampai ke pelosok-pelosok, maka pembangunan di Indonesia akan lebih maju dan berkembang….”Pidato Bung Hatta yang relatif datar itu kemudian merasuk ke dalam kepala orang-orang yang hadir di acara peresmian bendungan itu. Tak terkecuali di kepala beliau, pak Ustadz Ahli Kelistrikan. Sebuah perkataan singkat yang datar, namun telah menginspirasi seorang anak kecil untuk belajar denga gigih hingga akhirnya ia berhasil mencapai cita-citanya.
Mendengar cerita itu, saya sebagai komikus mencoba mengkorelasikan fakta tersebut ke dalam komik 20th Century Boys karya Naoki Urasawa. Di dalam komik tersebut, sekelompok anak-anak kecil Jepang merencanakan sebuah penghancuran dunia dalam kitab ramalan yang mereka tulis berdasarkan imajinasi. Beberapa puluh tahun kemudian, salah seorang dari kumpulan anak-anak itu mewujudkan imajinasi tersebut. Dan dengan menyembunyikan identitasnya dalam topeng “Sahabat”, ia mencoba menguasai dunia.
Bayangkan, sebuah imajinasi di masa kecil akhirnya sanggup mengubah dunia menuju artificial apocalypse yang mengerikan.
Saya kembali diingatkan oleh sebuah pepatah sederhana dari Mahatma Gandhi yang berbunyi:
“Jika ingin menciptakan perubahan, mulailah dari anak-anak.”
Sebelum menjadi dokter spesialis bedah saluran pencernaan nomor satu di Jepang, Dr. Shigeo Haruyama adalah seorang anak kecil yang ditanamkan untuk hidup sehat secara alami oleh keluarga kakeknya yang ahli akupunktur. Setiap hari di masa kecil, ia terbiasa menyaksikan keluarganya meracik obat herbal dan menyaksikan puluhan pasien datang ke rumahnya dalam keadaan sakit dan terkadang sudah dalam keparahan tingkat lanjut. Kejadian di masa kecil itu telah menyihir pandangannya tentang masa depan dunia kedokteran Jepang. Sebuah kejadian kecil di masa silam telah menginspirasinya untuk menjadi seorang ahli bedah seperti saat ini.
Ide itu seperti parasit. Kata-kata ini saya dapatkan di film Inception besutan sutradara favorit saya, Christoper Nolan. Kalimat itu saya imani sebagai bentuk apresiasi terhadap keluarbiasaan kinerja otak manusia yang merupakan ‘ladang’ tersubur untuk bangkitnya sebuah gagasan maut dari sebuah ide sederhana. Inception sendiri bermakna ‘menyusupkan’. Bagaimana sebuah ide di-susup-kan ke dalam otak, untuk kemudian dibiarkan berkembang dengan subur, dipupuk oleh peristiwa dan semangat-semangat dari luar, sehingga terciptalah sebuah partikel baru yang dinamakan Inspirasi.
Saya percaya, begitulah kinerja otak kita. Jika sebuah ide ditanamkan ke dalam ‘otak’ melalui visual,audio,maupun perkawinan keduanya, maka ia akan berevolusi secara perlahan maupun cepat, dan bermetamorfosis menjadi sebuah gagasan besar jika dipupuk dengan sokongan ilmu pengetahuan terkait, sehingga akan melahirkan sebuah tindakan konkret yang membawa perubahan besar. Itulah inspirasi.
Ada empat tingkatan seseorang dalam mengembangbiakkan sebuah ide dengan ilmu:
1. Tahu
Tahap pertama dari sebuah pembelajaran adalah ‘tahu’. Dengan mengetahui, maka seseorang akan bijaksana dalam memilih. Mencari tahu adalah tahap paling dasar dimana seseorang mengetahui mana benar mana salah, mana hitam mana putih.
2. Memberitahu
Satu langkah lebih maju dari sekedar tahu adalah Memberitahu. Disinilah tahap awal dari sisi sosial, yaitu ketika kita dituntut untuk ikhlas memberitahukan pengetahuan kita kepada orang lain. Dengan kita memberitahu, maka terjadilah proses pemindahan ilmu dari kepala kia ke kepala orang lain.
3. Mengajari
Tahap mengajari artinya kita tidak hanya sekedar memberitahukan, melainkan juga mengajari caranya. Dengan kita mengajari sebuah ilmu pengetahuan, berarti kita telah mentransfer kepandaian kita sembari kita melakukan sebuah gerakan bersosialisasi dengan lingkungan. Mengajari artinya mendeliver ilmu dan pengetahuan. Namun, yang paling puncak diantara semua adalah…
4. Menginspirasi
Cukuplah dengan kita berkarya sepenuh hati, lalu kita sebarluaskan karya kita, maka orang-orang yang menyaksikannya segera terinspirasi. Mereka, orang-orang besar yang berkarya dengan hati untuk hidupnya dan sesamanya selalu berhasil menginspirasi dunia dan menciptakan sebuah perubahan besar-besaran menuju peradaban yang lebih baik. Nabi, Filosof, Ilmuwan, Dokter, Sastrawan, dan ribuan orang-orang hebat adalah sosok-sosok inspirator yang tidak hanya sekedar tahu, atau memberitahu, maupun mengajari. Tapi menginspirasi. Setiap tindakannya, gagasannya, karyanya adalah benih inspirasi bagi orang-orang di seluruh dunia, yang akan terus berkembang sekalipun mereka telah tiada.
Inspirasi adalah sebuah partikel maut yang sanggup bermetamorfosis menjadi sebuah perubahan besar.
Inspirasi adalah sebuah titik kecil diantara badai debu realita dan pengetahuan bias.
Inspirasi adalah bom yang siap meledak secara merata, karena telah menyusup secara halus ke dalam ‘lahan-lahan’ yang kondusif untuk berkembang biak.
Sweta Kartika
{ Komikus }
----
"Bahaya itu bukan ketika kau menggantungkan cita-cita terlalu tinggi sehingga sulit kau gapai. Bahaya itu justru ketika kau menggantungkan cita-cita terlalu rendah, sehingga bisa kau gapai dengan mudah." --Ibu Lily Herliawati
Materi Esensial
Writed by: Swetakartika.wordpress.com
Original title: Materi Esensial
{ Sweta/050512 }
-salam majelis 7 -
Original title: Materi Esensial
Ada berbagai cara untuk menguji durability (ketangguhan)
sebuah karya, salah satunya adalah dengan membandingkan dengan karya
lain. Sebuah karya dianggap unggul ketika dilihat dari tampilan luar
‘cover’nya saja sudah mengundang ketertarikan untuk melihat. Setelah itu
pelihat dipaksa secara halus untuk menelaah karya itu lebih dalam lagi,
dan lagi, dan lagi, hingga lahirlah sebuah keterikatan dengan karya.
Dan pada akhirnya, usai ‘mengakhiri’ sesi bercumbu dengan sebuah karya,
akan lahir sebuah kesan di benak pelihat. Kesan yang menimbulkan sensasi
tentang esensi dari sebuah karya, yang menggugah nalar dan keyakinan si
pelihat untuk kemudian memberanikan ia berkata:”Karya ini luar biasa.”
Dalam setiap karya, apapun bentuknya, pasti memiliki jenjang dan
kasta. Di setiap karya yang luar biasa, rasa kagum si pelihat sudah
terbangun sejak tiga detik pertama ia menikmati karya tersebut. Tidak
semua karya bisa bicara seperti itu. Karya yang saya maksud disini tentu
masih berbatas pada karya visual. Produknya bisa macam-macam, seperti
game, ilustrasi, video, film, ataupun komik. Mengapa sebuah karya visual
pada akhirnya bisa menyihir pelihatnya hanya dari segi visual?
Jawabannya akan kita temukan pada pembahasan selanjutnya.
Saya terkagum ketika mendengar penjelasan dari seorang teman Kelas
Inspirasi bernama Yudi, seorang Engineer Pertambangan. Saat ini dia
sedang bertugas di somewhere pedalaman hutan Borneo. Yudi bercerita
tentang lapisan Batu Bara. Batubara adalah sebuah material batu yang
bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar karena terdapat kandungan Kalori di
dalamnya. Batubara batuan merupakan batuan sedimen yang dapat terbakar,
terbentuk dari endapan organik yang unsur utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Tumbuhan penyusun
batubara antara lain berasal dari kelas Alga, Silofita, Pteridofita, Gimnospermae, dan Aingiospermae (Diessel, 1981). Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Secara garis besar, pengklasifikasian batubara dapat dibagi menjadi
tiga kelas, dibagi berdasarkan uruta kedalaman posisinya di dalam perut
bumi:
1. Lignit
Adalah batubara yang terdapat pada lapisan paling atas, dan merupakan
batubara kelas rendah. Lignit merupakan batubara cokelat yang secara
fisik bersifat lunak karena mengandung 35-75% air di dalamnya. Batubara
jenis ini memiliki sedikit kalori.
2. Bituminus
Adalah batubara yang terdapat di lapisan tengah. Terbentuknya
batubara jenis Bituminus tentu saja lebih lama dibandingkan Lignit.
Bituminus mengandung senyawa Karbon antara 68-86% dengan kadar air
antara 8-10% dari keseluruhan beratnya. Kalori yang terdapat dalam
Bituminus cukup tinggi.
3. Antrasit
Adalah jenis batubara terbaik. Warnanya hitam mengkilat. Antrasit
mengandung kalori tinggi dengan kadar karbon antara 86-98% dan kadar air
kurang dari 8%. Antrasit berada di lapisan paling dalam di perut bumi
dan merupakan batubara kualitas terbaik di dunia.
Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan melalui gambar:
Mendengar penjelasan ini, saya mencoba menganalogikannya dengan
konsep ‘memecah’ ide untuk berkarya komik (karena saya seorang komikus
:p ).
Terkadang saya bertanya-tanya, mengapa komik Dragon Ball bisa begitu sukses di pasar dunia?
Apa yang membuat ‘materi’ itu begitu menarik untuk dibaca?
Selama bertahun-tahun, saya mengulang pertanyaan itu terus menerus di
kepala sambil tidak berhenti melakukan riset atas objek komik itu.
Barulah belakangan ini saya menyadari alasannya. Dan ternyata, kunci
utamanya sangat sederhana.
Akira Toriyama, komikus yang melahirkan Dragon Ball
adalah seorang fisikawan sejati. Itulah hasil riset saya. Akira adalah
apprentice (murid) dari Osamu Tezuka, seorang komikus
legendaris yang melahirkan Astro Boy. Dari tangan Pak Osamu, terciptalah
karakter bocah setengah robot bernama Atom
yang terbit pertamakali di tahun 1951 di Jepang. Kemunculan Atom sebagai
seorang robot melalui komik Astro Boy telah menginspirasi anak-anak di
Jepang untuk bercita-cita menjadi ilmuwan Robotika. Tidak mengherankan
mengapa sekarang begitu banyak Ahli Robotika di negri itu. Inspirasi
tentang robot tersebut kemudian menular kepada komikus muda di masa itu
yang bernama Akira Toriyama. Saat itu, Akira sensei menciptakan sebuah
karya komik hasil dari pengembangan inspirasi ‘manusia robot’ karya
Osamu yang diberi judul ARALE. Seperti halnya Atom, Arale adalah
seorang gadis kecil yang sejatinya adalah robot. Bayangkan, begitu
dahsyatnya pengaruh Osamu hingga akhirnya menginspirasi Akira-sensei
untuk menciptakan karya yang sama.
Tidak berhenti sampai disitu, Akira Toriyama kemudian menciptakan
Dragon Ball. Setelah membaca ulang komik ini dari jilid 1 sampai 42,
barulah saya mengerti betapa jeniusnya Akira Toriyama itu.
Sadarkah kita bahwa setiap musuh Son Go Ku diambil dari penelitian science?
Sadarkah kita bahwa jalan cerita dan karakter-karakter di komik Dragon Ball diambil dari mitos-mitos Jepang?
Sadarkah kita bahwa di dalam komik Dragon Ball hampir semua unsur adalah budaya Jepang?
Tadinya saya juga tidak terlalu memperhatikan, mungkin karena dulu
saya masih terlalu kecil untuk mengerti apa itu ‘riset’ pada sebuah
komik.
Setidaknya, ini adalah fakta yang sejauh ini bisa saya uraikan dari riset tentang Dragon Ball:
1./ Akira Toriyama mempelajari tentang ilmu
astronomi. Dan itulah yang kemudian menginspirasikan dia untuk
menciptakan ide ‘Planet Saiya’ hingga berkembang menjadi cerita
mengalahkan Freeza.
2./ Akira Toriyama adalah seorang fisikawan robot. Dia juga seorang pakar vehicle
(kendaraan dan otomotif). Semua elemen desain kendaraan dan robotnya
adalah hasil risetnya terhadap dunia robotika dan mekanika otomotif.
3./ Akira Toriyama adalah seorang profesor di bidang
Micro-Biologi. Dia menelaah tenang pergerakan energi intra-seluler dan
mempelajari fase metamorfosis untuk mengembangkan karakter Cell dan
bionic Manusia Buatan.
4./ Akira Toriyama adalah seorang pakar budaya timur
serta penganut Budha yang taat. Setiap karakter dan desain visual di
dalam komik ragon Ball diadaptasi dari visual Budaya Asia (Jepang, Cina
Kuno, Indonesia, India) dan dikemas secara lembut ke dalam cerita yang
luar biasa inspiratif.
5./ Akira Toriyama adalah seorang theolog dan
filusuf terapan yang cerdas. Setiap tokoh dan elemen tokoh merupakan
‘ajaran terselubung’ yang jika berasil ditelaah secara mendalam akan
ditemukan betapa dahsyatnya penciptaan-penciptaannya. Saiya Super, Iblis
Bhu, Filosofi Son Go Ku dan Bezita, dan lain-lain, agaknya akan
memerlukan notes khusus untuk mengupasnya.
Kesemua unsur itu kemudian dijahit dengan sangat lembut menjadi
sebuah komik berjudul Dragon Ball, yang kemudian menyebar ke seluruh
dunia dan menjadi bacaan wajib bagi penggemar komik tahun 90-an yang
inspirasinya terus terkenang hingga saat ini.
Mengapa Akira Toriyama bisa menciptakan komik sebegitu dahsyatnya?
Sederhana jawabannya.
Akira sensei telah menemukan “Materi Esensial” dari sebuah objek di alam ini, untuk kemudian disihir menjadi sebuah karya yang inspiratif.
Seperti halnya lapisan batubara, ide itu memiliki ‘kasta’ tersendiri.
Ide yang dangkal, yang dikembangkan tanpa riset itu seperti Lignit.
Gembur dan sedikit kalorinya. Ide yang dangkal, yang dikembangkan
asal-asalan, dan dikaryakan dengan kemampuan asal-asalan tidak akan
menggugah kekaguman orang lain, karena di dalamnya tidak ada ‘kalori’
yang termuat. ‘Kalori’ ini adalah materi esensial dalam berkarya.
Semakin banyak unsur ‘karbon’ untuk menciptakan ‘kalori’, maka semakin
bermutu kualitas batubaranya. Semakin banyak elemen riset yang kita
angkat ke dalam karya kita, maka semakin besar esensi yang tercipta.
Ide yang unik dan special, yang dikembangkan dengan riset itu seperti Antrasit.
Tempat mereka ada di lapisan paling dalam. Tidak bisa asal-asalan untuk
mengambilnya. Itulah ide yang dahsyat, dan itu pula lah riset yang
dahysat. Antrasit laksana sebuah ide yang adanya hanya di bagian paling
dalam di lapisan imajinasi kita. Semakin dekat dengan permukaan
imajinasi, maka semakin rendah output pengembangannya. Semakin dalam
sebuah ide dan riset yang dikembangkan, maka semakin maut karya yang
tercipta.
Antrasit terbentuk lebih lama dibandingkan jenis Lignit dan Subituminus.
Demikian pula untuk sebuah ide dan riset.
“Take your time to research your idea.”
Temukanlah materi esensial dalam berkarya. Materi esensial itu ADA di
setiap objek. Semua bidang ilmu, visual, budaya, filosofi, dan
keagamaan mempunyai materi esensial masin-masing yang bisa dikembangkan
melalui riset untuk menciptakan sebuah karya yang dahsyat. Tidak masalah
jika harus mengambil waktu yang lama untuk meriset, daripada
asal-asalan mengembangkan ide yang pada akhirnya tidak mendalam dan
hanya akan melahirkan karya dengan level ‘biasa’ yang tidak mencuri
perhatian dan kekaguman ‘pembacanya’.
Komikus adalah seorang Engineer Visual Storytelling.
Tugas komikus pada level ‘advance‘ adalah menelaah Materi
Esensial dari sebuah ide cerita untuk kemudian dikembangkan menjadi
sebuah komik yang luar biasa. Riset itu seperti mencari landasan teori
dalam menulis tesis. Riset itu seperti mencari pedoman dalam berkarya.
Riset itu seperti katalis untuk mengembangkan ide sederhana
menjadi karya luar biasa melalui program akselerasi tingkat tinggi.
Riset itu seperti teknik untuk menemukan dan mengurai materi esensial
dalam setiap objek.
——
//
Karya yang dahsyat itu bukan semata pada saat kita melihatnya
saja. Karya yang dahsyat itu justru terasa pada saat kita selesai
melihatnya dan terus terngiang dan menjelma ulang disaat kita sudah
lelap dalam buaian imajinasi subconscious. Itulah karya yang
menginspirasi.
SELAMAT BERKARYA!XGRA AXY!!
{ Sweta/050512 }
-salam majelis 7 -
2 hal yang menyebabkan manusia gagal!
Writed by: swetakartika.wordpress.com
original title: Pahlawan pembela pembenaran
original title: Pahlawan pembela pembenaran
Kasus#01
Seseorang bertanya, “Teman kamu sudah sukses jadi pengusaha, kok kamu belum?”
Lalu ia menjawab, “Ya wajar donk. Dia kan anaknya orang kaya, disekolahkan di luar negri, dapet modal dari orang tuanya pula. Sedangkan saya orang miskin, sekolah di sekitar sini, dan gak punya modal…”
Lalu ia menjawab, “Ya wajar donk. Dia kan anaknya orang kaya, disekolahkan di luar negri, dapet modal dari orang tuanya pula. Sedangkan saya orang miskin, sekolah di sekitar sini, dan gak punya modal…”
Kasus#02
Seorang bertanya, “Sudah dua hari kok progress kerjaan kamu masih segini saja?”
Lalu ia menjawab, “Ya maklum, bro. Gw kan sibuk ini itu, apalagi kemaren ada banyak acara ondangan kawinan, udah gitu sekarang lagi musim ujan dan BBM harganya naik…”
Lalu ia menjawab, “Ya maklum, bro. Gw kan sibuk ini itu, apalagi kemaren ada banyak acara ondangan kawinan, udah gitu sekarang lagi musim ujan dan BBM harganya naik…”
Coba kita pelajari dua jawaban di atas.
Sadarkah kita bahwa selama ini kesuksesan kita terhambat gara-gara kita terlalu banyak membuat alasan?
Seringkali, ketika seseorang ditanya tentang sebab
‘kegagalan’ usahanya, mereka kebanyakan akan mencari alasan-alasan dan
pembenaran-pembenaran untuk menyelamatkan ‘martabatnya’. Seandainya mau
mengkaji lebih lanjut, sebetulnya tidak akan ada hambatan yang berarti
jika kita bekerja keras dan berpikir cerdas dalam menanganinya sebagai
solusi. Lantas, mengapa begitu banyak orang-orang yang tertahan pada
fase hidupnya yang cenderung suram, akan tetapi sulit baginya untuk
keluar dan ‘menang’? Berdasarkan sebuah ceramah singkat Ade Rai, atlet
binaraga Indonesia di event TEDx Jakarta 2010, setidaknya kausalitas
kegagalan seseorang dilatarbelakangi oleh dua permainan;
01/ Blaming Game (Permainan ‘Menyalahkan’)
Mengutip ikhtisar dari Ade Rai, ketika seseorang ditanya, “Kenapa bapak bisa gemuk?”
Lantas si bapak menjawab, “Ya karena di depan rumah saya ada warung soto, warung sate kambing, sama warung nasi goreng special…”
Jawabannya nggak nyambung sekali.
Dari sampel dialog di atas terlihat bahwa si Bapak itu
menjadi gemuk karena banyak warung makanan enak di depan rumahnya,
sehingga ia menjadi banyak makan dan akhirnya menjadi gemuk.
Terlalu banyak orang yang ketika ditanya alasan atas
kegagalannya, ia menjawab dengan “menyalahkan” keadaan. Ia beranggapan
bahwa selama ini usahanya kandas karena keadaan tidak ‘merestui’nya,
lantas ia menyalahkan keadaan, bahkan menyalahkan orang lain. Tidak
pernah jatuh usaha seseorang oleh buruknya situasi, tapi semata-mata
karena dirinya kurang tangguh dalam mempersenjatai usahanya dengan
cerdas menuju kesuksesan. Ketika kita banyak menyalahkan, kita telah
membohongi diri, menutupi kelemahan yang takut kelihatan oleh orang
lain. Logikanya, apa yang mau diperbaiki dalam hidupnya jika ia
terus-terusan menutupi kelemahannya?
Orang yang suka menyalahkan keadaan selamanya akan terjebak pada sebuah stagnant circumtance.
02/ Justifiy Game (Permainan “Pembenaran”)
Pribadi-pribadi yang lemah kerap kali mengandalkan amunisi excuse
konyol untuk menjaga reputasinya. Ia berusaha keras ‘membenarkan’
situasi yang menjadi alasan terbaik atas kegagalannya, sementara ia
sendiri tahu bahwa situasi itu tidak seburuk yang ia kira. Sudah terlalu
banyak orang-orang berdalih mengeluarkan alasan-alasan pembenaran atas
kegagalannya. Ia mencoba menanamkan pengertian kepada khalayak bahwa ia
gagal karena memang keadaan hidupnya yang menuntutnya menjadi gagal.
Jika mau ditelaah lebih lanjut, kita pasti sadar bahwa
seburuk-buruknya keadaan hidup tidak serta merta mempengaruhi kualitas
kegagalan kita. Semuanya tergantung pada usaha yang kita kerjakan.
Banyak pengusaha-pengusaha sukses yang berangkat dari titik paling buruk
di dalam hidupnya, dan mereka selalu berujung pada keberhasilan yang
bersahaja karena telah melalui fase-fase terpahit dalam usahanya, dan
tentu saja tanpa mengeluarkan banyak ‘pembenaran’ atas kegagalannya.
Pada saat yang sama, pecundang sejati akan selalu berkelit membenarkan
keterpurukan keadaan di sekelilingnya sebagai bekal nanti untuk
berpidato disaat ia jatuh dalam kegagalan. Karakter orang seperti ini
tidak akan pernah bisa menularkan inspirasi positif bagi sesamanya.
Berhenti mengeluh. Berhenti menyalahkan keadaan.
Berhenti terlalu banyak beralasan. Mulailah bergerak. Saya teringat
kata-kata sahabat saya bahwa semua amunisi di dalam diri kita sudah
sangat lengkap untuk bekal kita menghadapi kegagalan, tapi ada satu
kunci untuk membuka semua itu. Kunci itu adalah “mental” dan “sikap”.
Orang-orang yang bersembunyi dibalik pembenaran dan dalih alasan belum
mengerti betapa buruknya mental yang ia fatwakan di dalam hatinya.
Mereka terlalu sibuk bersembunyi di balik selimut alasan-alasan untuk
mengamankan posisinya yang sebetulnya belum tentu aman.
Saatnya jujur menilai diri, saatnya sadar memperbaiki
diri. Mulailah bangkit dari kegagalan. Mulailah maju dari posisi
stagnan. Mulailah bergerak dengan sejuta solusi di hati dan pikiran.
“Mengeluh adalah kata-kata lemah, menghancurkan
semangat, menumpulkan kreatifitas, dan merusak kebahagiaan orang-orang
yang mendengar keluhan itu.”
Maka,
“Jika masalah datang, hadapilah dengan solusi, bukan dengan keluhan.”
Think Smart. Work Hard.
-Salam Majelis 7-
Senin, 07 Oktober 2013
Komisi Humas
Fungsi
- Bersama dengan Sub Komisi Aspirasi dan Komisi Intitusi dalam menjalan program hubungan masyarakat
- sebagai seorang ahli yang bisa memberi solusi bagi permasalahan humas sebuah organisasi dan manajemen.
- bertindak sebagai perantara, penghubung, penerjemah serta mediator, menjaga terwujudnya komunikasi dua arah antara organisasi dan publiknya.
- Humas dilibatkan dalam memecahkan masalah organisasi, meskipun peranannya masih dalam koridor komunikasi.
- memastikan media selalu mendapat informasi dari organisasi apa saja yang dibutuhkan dan dikhawatirkan media.
- sebagai perwakilan dari organisai dalam kegiatan-kegiatan untuk menciptakan peluang berkomunikasi antara organisasi dan publiknya.
- Memberikan penerangan informasi kepada publik
Komisi Yudisial
Fungsi
- Bersama - sama dengan sub komisi Kaderisasi dan Legislasi dalam melakukan fungsi yudisial terhadap penilaian kinerja OSIS
- memiliki wewenang untuk mengusulkan pengangkatan Ketua OSIS
- Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku adil;
- Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman AD/ART bersama-sama dengan OSIS
- Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman AD/ART
- Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku, Komisi Yudisial mempunyai tugas:a. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap OSIS secara langsungb. Menerima laporan dari komisi akademis maupun komisi humas berkaitan dengan pelanggaran Kode etik atau AD/ARTc. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran Kode Etik AD/ART secara tertutup:
- Melakukan verifikasi terhadap laporan pra dan pasca kegiatan OSIS
- Melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran;
- Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari OSIS/MPK yang diduga melanggar pedoman kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku untuk kepentingan pemeriksaan;
- Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari saksi
- Mengambil langkah hukum atau langkah lain terhadap perseorangan, kelompok orang, atau sektor bidang yang melanggar AD/ART
- Komisi Yudisial dapat mengeluarkan surat peringatan (SP) atau memorandum maksimal 3 kali jika mendapati anggota OSIS/MPK melakukan kesalahan fatal.
- Apabila OSIS/MPK mendapatkan satu kali SP, maka akan diserahkan tanggung jawab kepada Badan Pengurus Harian di OSIS.
- Apabila OSIS/MPK mendapatkan dua kali SP, maka akan diserah tanggung jawab kepada MPK
- Apabila OSIS/MPK mendapatkan 3 kali SP, maka akan diselidiki lebih lanjut oleh majelis pembimbing dan bisa berlangsung pada surat pemberhentian secara tidak hormat.
Tujuan Komisi Yudisial
- Menyusuk kode etik organisasi OSIS dan MPK (AD/ART) serta menyusun peraturan yang wajib dipatuhi untuk membatasi kewewenangan OSIS.
- Melakukan monitoring yang intensif terhadapOSIS dengan
cara melibatkan unsur-unsur organisasi dan masyarakat SMKN 7 dalam spektrum yang
seluas-luasnya dan bukan hanya monitoring secara internal saja.
Monitoring secara internal dikhawatirkan menimbulkan semangat korps (l’esprit de corps), sehingga objektivitasnya sangat diragukan.
- Menjadi perantara (mediator) antara OSIS dan MPK melalui sistem hukum yang dibentuk bersama. Dengan demikian,OSIS tidak perlu lagi mengurus persoalan-persoalan teknis non-hukum, karena semuanya telah ditangani oleh Komisi Yudisial.
- Meningkatkan efisiensi dan efektivitas AD/ART dalam banyak aspek, karena tidak lagi disibukkan dengan hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan aspek hukum seperti rekruitmen dan monitoring OSIS dan tidak terfokus secara menyeluruh kepadanya. Dengan demikian, komisi Yudisial dapat lebih berkonsentrasi untuk meningkatkan kemampuan intelektualitasnya yang diperlukan untuk memutus suatu perkara.
- Menjaga kualitas dan konsistensi putusan AD/ART, karena senantiasa diawasi secara intensif oleh waka kesiswaan dan majelis pembimbing. Di sini diharapkan inkonsistensi putusan OSIS tidak terjadi lagi, karena setiap putusan akan memperoleh penilaian dan pengawasan yang ketat dari Komisi Yudisial. Dengan demikian, putusan-putusan yang dianggap kontroversial dan mencederai rasa keadilan keanggotaan OSIS dapat diminimalisasi atau dieliminasi.
Komisi Akademis
Pedoman
1. Undang-Undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah
a. Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.
b. Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Fungsi
1. Undang-Undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah
a. Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.
b. Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Fungsi
- Berdampingan dengan sub komisi Kurikulum dan sub komisi Ekstrakulikuler menjalankan program akademis kesiswaan dengan melalui bimbingan.
- Mengawasi segala macam ekstrakulikuler yang dinaungi OSIS.
- Menelaah dan memberikan usulan aspirasi kepada pihak sekolah dan OSIS mengenai program studi dan ekstrakulikuler.
- Menelaah dan memberikan usulan kepada waka kesiswaan tentang norma akademik dan kurikulum sekolahan.
- Menelaah dan memberikan pertimbangan terhadap aspirasi siswa tentang ketentuan akademik mengenai hal-hal sebagai berikut untuk disampaikan kepada majelis pembimbing:
a) kurikulum program studi;
b) ketentuan proses pembelajaran;
c) sistem evaluasi;
d) persyaratan dan tata tertib sekolah
e)program pembelajaran tambahan (organisasi, ekstrakulikuer, dan OSTN) - mengawasi kebijakan dan pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan dan pengajaran yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan atas pengawasan dan bimbingan majelis pembimbing
- mengawasi dan mengevaluasi pencapaian proses pembelajaran dengan mengacu pada tolok ukur yang ditetapkan dalam rencana strategis dan disampaikan kepada waka kesiswaan / waka kurikulum / OSIS / Majelis pembimbing
- mengawasi pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan;
- mengawasi pelaksanaan tata tertib akademik;
- menyerap aspirasi peserta didik dalam memberikan kritik dan saran terhadap kinerja pengajar dan bimbingan dalam bidang pendidikan dan pengajaran;
- melaporkan hasil pelaksanaan tugas dan kewenangan Komisi Pendidikan dan Pengajaran secara tulis kepada Ketua Senat;
Standard Mekanisme Pengawasan MPK
MPK memiliki masa kerja satu tahun periode kepengurusan saejak awal disahkan dan diambil sumpahnya oleh kepsek. Dalam mekanisme pengawasan MPK sebagai berikut:
Standard mekanisme pengawasan MPK
- Menerima atau meminta surat undangan rapat kegiatan.
- Memberikan saran berupa ide kegiatan dalam rapat kegiatan
- Menyetujui segala kegiatan yang diselenggarakan OSIS sebelum naik ke pihak sekolah.
- Mengawasi jalan kegiatan baik peserta ataupun panitia kegiatan yang diadakan oleh OSIS.
- Menerima atau meminta laporan pertanggung jawaban kegiatan.
- Membahas laporan kegiatan dari panitia kegiatan.
- Menerima atau meminta proposal kegiatan dari panitia kegiatan.
- Memberikan evaluasi atas kegiatan yang telah dilaksanakan.
- Menerima atau meminta laporan berkala secara khusus dan secara umum dari OSIS atas program kerja yang telah dilaksanakan.
Standard mekanisme pengawasan MPK
- Sistem rapat dengar adalah rapat yang dilakukan untuk membahas satu program atau kebijakan OSIS. Dilakukan secara rutin dan berkala yang didalamnya membahas tentang suatu program atau kebijakan dengan OSIS.
- Pengawasa lapangan kegiatan atau aktivitas OSIS dalam melaksanan program kerjanya.
- Sidang Pleno adalah sidang yang dilakukan tiap akhir semester untuk melaporkan pertanggung jawaban organisasi dan dilakukan untuk pemilihan pengurus MPK yang baru.
Langganan:
Postingan (Atom)