Rabu, 09 Oktober 2013

Intermezzo tingkat tinggi ( tentang `AKU`)

Writed By: Sweta Kartika.
Original Title: Bagaimana caranya mendapatkanmu tanpa kehilangan diriku (?)
#Pertama
Kelas Merenung

Ada berapa banyak buku yang kau baca, Nak?  

Banyak sekali.

Seberapa besar buku-buku itu berarti bagi hidupmu?

Besar sekali.

Seberapa besar pengaruhnya pada hidupmu sekarang?

….

(Kau tidak menjawab).

Saya pernah diceritai oleh seseorang, begini:

Pada usianya yang ke empat puluh, seorang lelaki arab bernama Muhammad menerima wahyu dari Sang Cahaya Terutus bernama Jibril di sebuah Gua di perbukitan tinggi Hira. Kata pertama yang terucap ke telinga Muhammad adalah sebuah perintah sederhana:‘Bacalah’

Oleh seorang ahli tafsir, ‘Bacalah’ bermakna “Menghimpun”. Sekian banyak tanda-tanda yang terjadi di sekitar kita adalah pelajaran penting; ilmu; sesuatu yang bisa diolah. Tugas kita adalah menghimpun ilmu-ilmu itu. Kau banyak membaca buku sebagai jendelanya. Lalu kau banyak bertualang untuk menghimpunnya. Pertanyaannya adalah:

Sampai sejauh mana peran ilmu-ilmu yang kau himpun bagi hidupmu?

Kau punya banyak ilmu, tapi miskin pengamalan. Seperti kau banyak-banyak makan, tapi tak satupun kau buang ampasnya di lubang toilet. Ilmu yang kau makan itu membusuk kian parah dan meracuni usus juga otakmu.

Sudahlah. Hentikan membaca banyak-banyak buku jika itu tak mempengaruhi hidupmu.
Buku itu adalah HASIL PEMIKIRAN ORANG ATAS PETUALANGANNYA MENCARI JAWABAN ATAS HIDUPNYA, bukan atas HIDUPMU.

Buat apa banyak ilmu tapi sedikit amal?

Buat apa kau baca buku-buku itu kalau hidupmu tak jadi lebih baik?

Buat apa kau melakukan semua ini kalau hidupmu tak juga semakin cerah?

Jauh lebih baik sedikit ilmu tapi diamalkan dengan baik, dan disebarluaskan dengan cara yang tepat.
Kalau kau terus-terusan membaca buku-buku itu tapi hidupmu saja tak jadi lebih baik,kau seperti menumpuk sampah di dalam kepala, dan lambat laun kau kesulitan membedakan: Mana kamu, mana sampahnya?

I think, you just read the wrong books.
Just go outside, and WRITE your own book!
Don’t live under people’s judgement…. 

#Kedua 
Raspberry

Bayi terlahir dengan sejuta kekaguman. Kealpaan isi kepala dan hatinya menjadikannya selalu ingin tahu apa yang baru saja dilihatnya. Kekaguman bayi adalah anugerah manusia pertama.

Alkisah dua bayi terlahir ke dunia di waktu yang sama, di dua tempat yang berbeda.

Bayi yang pertama lahir di Jakarta, di sebuah keluarga kaya yang selalu punya waktu untuk bermain di taman bermain somewhere di luar negeri.

Bayi yang kedua lahir di sebuah desa yang teduh, dengan lingkungan anak-anak yang menghabiskan waktunya mengkreasikan senjata tembak dari bambu dengan berbagai teknis lontaran peluru.

Kedua bayi ini tumbuh menjadi besar dengan lingkungan masing-masing. Dan dengan cara didik dan pengalaman budaya yang berbeda, watak dan kepribadian mereka terbentuk. Pada suatu masa, keduanya dipertemukan.

Si ‘bayi’ pertama membuka bekal favoritnya, lalu menawarkan kepada ‘bayi’ kedua.

Bekal itu adalah: manisan Raspberry. Sungguh suatu makanan asing yang pernah terdengar di kuping di ‘bayi’ kedua. Dengan penuh kekaguman, si ‘bayi’ kedua menyantap bekal favorit si ‘bayi’ pertama. Lalu mulailah mereka bercerita pengalaman masing-masing.

Saat menceritakan kisahnya, seakan-akan si ‘bayi’ pertama merasa telah melakukan segala hal, dari yang baik hingga yang paling buruk. Hal itu menciptakan kekaguman luar biasa bagi si ‘bayi’ kedua. Kekaguman si ‘bayi’ kedua telah menciptakan rasa bangga bagi si ‘bayi’ pertama.

Tiba giliran si ‘bayi’ kedua bercerita. Yang ia ceritakan adalah tentang kesamaan rasa manisan Raspberry dengan rasa buah Cimplukan (Physalis peruviana, Linn.) yang pernah ia makan sewaktu kecil. Sebuah cerita yang sederhana. Cerita tentang petualangan masa kecil si ‘bayi’ kedua saat menembus semak belukar di kampungnya mencari buah liar dari tanaman perdu setinggi lutut yang memiliki rasa asam dan manis yang dikombinasikan dengan sangat cantik. Cerita sederhana itu telah menciptakan kekaguman yang sama bagi si ‘bayi’ pertama.

Dua ‘bayi’ yang telah tumbuh menjadi remaja dewasa itu masih punya banyak cerita yang bisa di bagi.
Masih banyak waktu. Masih banyak hari.

#Ketiga
Dari Detoxifikasi Puasa sampai Lalap berkualitas Internasional

Tanyakan pada mereka-mereka yang merokok:

Seberapa besar kesadaran mereka tentang kesehatannya?

Jawabannya: Besar Sekali.

Merokok itu pilihan. Bukan pilihan yang salah atau pilihan yang benar. Just PILIHAN.

Konsekuensi dari ‘merusak kesehatan’ adalah ‘belajar tentang kesehatan’.

Salahkah kita makan daging sapi sebagai menu makan malam? Jawabannya: Benar dan Salah.

Salah; ketika kita rutin menjadikan daging sapi sebagai menu makan malam, karena perut kita dituntut untuk beristirahat disaat kita tidur. Daging sapi yang berserat tinggi dan meminta jumlah asam lambung yang tinggi akan membuat kinerja lambung terforsir sementara seharusnya dia diistirahatkan. Jika itu dilakukan sering dan rutin, lambung kita bisa stress, dan kita jatuh ke dalam lembah penyakit maut yang sulit disembuhkan.

Benar; ketika kita mengkonsumsinya sesekali saja, dan kita mengimbanginya dengan berolahraga juga mengkonsumsi makanan yang menetralkan produksi asam lambung dengan baik.

Kuncinya: Seimbangkanlah segala hal.

Merokoklah selama tidak merugikan kesehatanmu dan orang-orang di sekelilingmu yang kau cintai.

Merokoklah bersama mereka-mereka yang kau benci, agar mereka-mereka cepat mati saja.

Perokok pasif lebih cepat mati ketimbang perokok aktif kan?

Bunuh mereka dengan kesenanganmu.

Lalu, netralkan kesehatanmu dengan detoxifikasi. Detoxifikasi itu membuang racun (toxin) dalam tubuh. Salah satu jalan terbaik adalah dengan berpuasa. Berpuasa artinya mengurangi sistem kinerja organ tubuh, dan mengoptimalkan produksi anti-toxin di dalam tubuh. Berpuasa dapat membantu membuang toxin dari nikotin yang masuk ke dalam sel-sel tak berdosa di dalam sana.

Kemudian, konsumsilah makanan-makanan alami yang diambil dari bahan alam: Sayuran. Yang akan menjaga kesehatan kita bukanlah masakan hotel berbintang lima denga harga enambelas kali lipat dari gaji pembantu di rumah-rumah mewah itu. Yang akan menjaga kesehatan kita adalah makanan alami yang proses pengolahan dari alam itu sangat dekat hingga saat kita konsumsi.

Kita adalah bagian dari alam.

Menghormati diri sendiri, berarti kita menghormati alam.

Merusak diri sendiri, berarti kita merusak alam.

Jangan salahkan hidup jika kita saja dengan penuh kesadaran merusak kesehatan kita sendiri.
Alam yang akan mengeksekusi.

Ingat: Seimbanglah.

#Keempat
Dua Biji

Mau mengalahkan laki-laki? Hajar biji zakarnya.

Biji adalah sumber energi. Biji apapun.

Pelajaran IPA kelas tiga mengajarkan tentang dahsyatnya biji pada tumbuh-tumbuhan.

Dalam biji itu terdapat bakal buah. Dari sebutir biji kecil akan menjelma nejadi satu pohon besar yang mengakar kuat pada kulit bumi. Betapa pentingnya biji itu.

Biji adalah inti.

Biji dari kita semua ada dua:

Pola Pikir dan Pola Hidup.

Pola pikir akan menentukan Pola hidup.

Seseorang tidak akan pernah bisa mengubah Pola Hidupnya selama Pola Pikirnya belum berubah, Ubahlah pola pikir terlebih dahulu. Jika pola pikir kita terhadap sesuatu itu serba miring, hidup kita miring-miring. Menegakkan satu benda saja susah. Jika pola pikir kita lurus, melihat pola hidup yang miring rasanya ingin meluruskan.

Dalam pola pikir kita terdapat bakal (calon) ranting hati kita, batang resolusi kita, akar logika kita, daun nafsu kita, dan guratan serat sikap kita. Tanamkan biji pola pikir kita dengan perawatan pola hidup yang tepat, maka kita akan selamat.

#Kelima
Sejauh Apapun Aku Melangkah, Aku Tetap Akan Kembali Kemari

Garis hidup kita ibarat rel kereta api dari logam magnet.

Kereta apinya adalah kelakuan kita dan pengaruh alam terhadap kelakuan kita.

Laju kereta api adalah keinginan kita.

Machinistnya adalah logika kita.

Penumpangnya? Mungkin nafsu kita.

Sehebat apapun kereta itu berkelit dari jalur, ia akan tetap terikat. Tidak bisa keluar dari jalur.

Garis hidup dalam istilah Jawa dikenal sebagai Waton.

Orang yang waton-nya bercanda, mau dibawa serius, tetap saja terkesan jenaka.

Orang yang waton-nya serius, mau bikin lawakan setengah mati, tetap saja garing.

Orang yang waton-nya baik, mau sok-sokan jadi bangsat, tetap saja kalah oleh hati nurani.

Orang yang waton-nya lemah, mau belagu sok tegar, tetap saja menangis jika jauh dari orang-orang yang melindunginya.

Sejauh apapun kita melangkah meninggalkan siapa diri kita yang sebenar, tetap saja akan berlabuh pada dermaga yang sama. Seseorang tidak bisa menjadi orang lain. Siapapun dia hanya bisa dituntut untuk menjadi dirinya sendiri YANG LEBIH BAIK dari hari ke hari.



—-
Aku ingin menjadi diriku saja.
Mencintai diriku saja.
Dan mereka akan (di)datang(kan) masuk ke dalam hidupku karena aku (telah berusaha) menjadi diriku apa adanya.

~Salam Majelis~

1 komentar:

  1. Online casino | kadangpintar
    A detailed analysis of the casino games of slot games. online casinos are often referred to as poker online, the poker site 온카지노 of the year.

    BalasHapus