Writed By: Sweta Kartika
Original Title: Teori Jitu membangu kedisiplinan dan menumpas kemalasan
Original Title: Teori Jitu membangu kedisiplinan dan menumpas kemalasan
Dulu pernah ada wacana menarik bahwa “Masa Depan Indonesia hanya bisa diselamatkan oleh pemuda-pemudi kreatif.” Setelah wacana itu marak dan tersebar, mulailah bermunculan tentang hal-hal yang mengusung kata kreatifitas.
Hampir dimana-mana; para pakar, praktisi, dan sebagian besar orang
membuat event dan kegiatan dengan embel-embel nama kreatif. Saat ini,
goal untuk mencapai titik kreatif itu mungkin hampir tercapai. Sebagai
buktinya, telah aktif beberapa forum dan kegiatan yang membawa nama
kreatifitas dan telah menelurkan ‘produk-produk didikan’ yang kreatif
pula. Bahkan, pola berpikir dan berkarya ‘kreatif’ itu telah melekat
pada masing-masing individu, sehingga melabelkan istilah ‘insan kreatif’
sebagai gelarnya. Apakah setelah menjadi insan kreatif, lantas masalah
terpecahkan? Belum tentu! Rupanya goal dari kreatifitas itu tidak lantas
berhenti sampai di situ saja. Ada hal lain yang justru menjadi KUNCI
bagi keberhasilan program kreatif itu sendiri.
Pada dasarnya, KREATIF dan INOVATIF itu diperlukan pada awal sebuah proses berkarya. Namun, untuk melanjutkan program itu, kita harus DISIPLIN dan KONSISTEN melanjutkan prosesnya, sehingga goal dari sebuah penciptaan karya dapat tercapai dengan hasil memukau. Sayangnya, dua hal terakhir itulah yang JUSTRU jarang sukses dilaksanakan. Jadi kata kuncinya adalah: Disiplin dan Konsisten.
Pernah muncul selentingan; Pemuda Indonesia itu banyak yang kreatif,
tapi JARANG yang disiplin. Setelah dipikir-pikir memang benar adanya.
Banyak dari kita dan teman-teman diluar sana yang canggih dalam
menelurkan ide dan program karya yang kreatif dan innovatif. Tapi,
hampir kebanyakan dari program itu lantas berhenti pada suatu titik
dimana goal yang tercapai belum maksimal. Banyak yang tidak mengerti
kenapa bisa begitu. Setelah diselidiki, ternyata alasannya sederhana
saja. Kebanyakan dari kita itu TIDAK DISIPLIN dan TIDAK KONSISTEN dalam
berkarya. Setelah satu ide program kreatif muncul dan dijalankan,
pencetusnya tidak disiplin, lalu tidak fokus dan pesimis, lantas beralih
ke ide kreatif lain yang muncul di tengah proses. Hasilnya,
program-program berkarya kreatif itu pun kandas di tengah arena sebelum
mencapai final goal yang diangankan selama ini.
Pertanyaannya:
Bagaimana cara menumbuhkan DISIPLIN DIRI dan MENANGGUHKAN KONSISTENSI dalam berkarya?
Untuk menjawab pertanyaan sederhana itu, setidaknya ada beberapa teori rumit untuk menjawabnya.
Teori itu adalah TEORI LIMA ‘M’:
1. Teori Motivasi
Teori motivasi berbunyi: “Seseorang bersemangat dalam berkarya karena merasa ADA KEUNTUNGANNYA.”
Kebanyakan dari kita itu semangat berkarya hanya pada awal-awalnya
saja. Biasanya di tengah proses, kita menyerah dan tergoda untuk pindah
ke program karya kreatif yang lain. Mengapa bisa begitu? Sederhana saja.
Karena sejak awal si pengkarya belum merumuskan keuntungan apa yang
akan didapat dari karyanya. Atau bisa jadi si pengkarya kemudian tergoda
pada keuntungan lain yang bisa didapat dari program karya lain,
sehingga ia memutuskan untuk pindah program.
Langkah paling jitu dalam teori motivasi adalah: MERUSMUSKAN
KEUNTUNGAN sebelum berkarya. Ini tidak menyalahi aturan kok, justru
membantu kita menjaga periuk semangat agar tetap berasap hingga akhir
proses. Tuliskan dan rumuskan kira-kira keuntungan apa yang bisa didapat
dari program yang akan kita jalankan. Pasang rumusan itu di hati dan
kepala kita layaknya billboard di jalan raya, sehingga kita tidak
tergoda untuk mampir ke warung ide lain yang bermuculan di pinggir
jalan, alih-alih kita justru akan semakin fokus berkarya tiapkali
mengangankan keuntungan dari proses berkarya itu.
Contohnya: Bila kita sedang memulai program menulis novel,
angankanlah keuntungannya. Impikanlah betapa indahnya ending cerita itu
bila nanti dibaca oleh teman-teman kita. Bayangkan decak kagum dan
kebanggaan teman-teman kita yang membaca karya novel kita. Halalkan
membayangkan keuntungan finansial dan popularitas jika novel kita
menjadi best seller nanti.
Ini sah-sah saja. Syaratnya: Perumusan keuntungan ini jangan
diangankan berlebihan di awal proses saja, tapi justru di tengah proses.
Itulah yang akan mengkatalisasi semangat kita sehingga kita akan
melakukan manajemen percepatan waktu, dan aspek Disiplin diri dan
Konsistensi dapat terselamatkan hingga akhir proses.
2. Teori Manfaat
Sepertinya sudah menjadi sebuah kesepakatan tidak tertulis bahwa
“Sebaik-baik manusia itu yang paling memberi manfaat bagi orang lain”.
Kata-kata ‘paling’ itu bermakna ‘banyak’. Artinya, seberapa banyakkah
manfaat yang kita berikan kepada orang lain dengan karya kita. Karya itu
tidak selalu berbentuk materi, tapi bisa juga non-materi, seperti:
nasihat, pemikiran, ide, dan lain-lain. Jika di dalam hati kita sudah
tertanam Teori Manfaat ini, maka kita akan terpacu untuk memaksimalkan
karya untuk memberikan manfaat yang berarti bagi orang banyak, sehingga
kita lebih disiplin dan konsisten dalam prosesnya.
Terkadang, kita masih kesulitan untuk memprioritaskan hal-hal yang
bermanfaat untuk dilakukan terlebih dahulu. Malahan kebanyakan dari kita
melakukan yang sebaliknya, artinya, hal yang kurang bermanfaat justru
kita kerjakan berapi-api, sementara hal lain yang memberikan manfaat
sebenarnya justru dikesampingkan. Cobalah untuk berpikir dewasa.
Rumus sederhana untuk membedakan anak-anak dengan orang dewasa itu adalah:
“Dalam mengerjakan sesuatu, anak-anak akan memilih hal yang paling
menyenangkan. Sementara itu, orang yang dewasa akan memilih hal yang
paling bermanfaat.”
Sebagai orang bijak, kita harus bisa melakukan hal yang menyenangkan sekaligus bermanfaat.
Teori manfaat ini harus kita tanamkan dari awal hingga nanti
berakhirnya proses berkarya. Bayangkan manfaat dari karya yang sedang
kita buat nanti. Manfaatkanlah proses berkarya ini sebagai proses
penempaan diri untuk belajar fokus sebagai seorang professional sejati.
Rumuskanlah manfaat ‘berproses’ yang sangat menuntut kedisiplinan itu,
sehingga ketika karya itu selesai tercipta, nilai diri kita JAUH LEBIH
BERMANFAAT daripada karya yang kita ciptakan.
3. Teori Manajemen Jadwal
Nyaris berhubungan dengan Teori Manfaat, Teori Manajemen Jadwal ini
fokusnya adalah “Menghargai Waktu”. Hidup di dunia di belahan
manapun,kita akan dianugerahi modal waktu 24 jam. Seorang professional
yang paling beruntung adalah mereka yang bisa memanfaatkan 24 jam itu
untuk berkarya sebaik-baiknya. Sayangnya, terkait dengan teori manfaat
di atas, kita lebih menjagokan energi untuk melakukan hal-hal yang
kurang memberi manfaat.
Rumusnya adalah: Mengurangi Melakukan Hal-hal Negatif yang Membuat Kecanduan.
Hal-hal negatif ini sifatnya sangat relatif, diukur dari
masing-masing individu. Misalnya, kurangilah main Game yang membuat
kecanduan. Kurangilah kongkow/nongkrong-nongkrong nggak jelas yang
menghabiskan waktu. Kurangilah duduk seharian meratapi dinding jejaring
sosial yang membuat kecanduan. Kurangilah merokok yang membuat
kecanduan. Lho, apa hubungannya sama merokok? Ada!
Merokok itu mengurangi tiga jatah hidup kita: Waktu, Kesehatan, dan
Uang. Kalau nggak kecanduan sih nggak masalah. Yang jadi masalah adalah
kalau kita jadi kecanduan, sementara budget kita minim dan kecerdasan
kita akah kesehatan cenderung jongkok. Rasanya jarang sekali
orang bisa berkarya sambil merokok. Kalaupun ada, ya paling satu-dua
orang saja, dan itu pasti orang spesial. Intinya, mulailah memetakan
hal-hal posotif dan negatif ditinjau dari sisi kemanfaatan waktu.
Langkah sederhana dalam melaksanakan teori ini adalah: MENULISKAN JADWAL KITA SEHARI-HARI.
Seorang game-maker di Square-Enix bernama Tokita Takashi pernah
melakukan presentasi tentang karya-karya gamenya. Slide ketiga dari
presentasi itu berisi tentang Jadwal Hidupnya dari bangun pagi sampai
tidur lagi sepulangnya bekerja. Beberapa orang juga pernah menceritakan
tentang kebiasaan orang jepang dalam menuliskan jadwal hidupnya, dan
memampangkannya dengan bangga ke koleganya. Artinya, mereka sangat
menghargai waktu dan disiplin terhadap jadwal hidupnya.
Menjiplak kebiasaan baik mereka, maka kita harus mulai belajar menuliskan jadwal hidup kita sehari-hari.
Otak manusia cenderung berpikir secara visual. Seseorang akan kesulitan mengangankan jadwal hidup jika tidak menulisnya.
Maka, TULISLAH jadwal hidup kita.
Belilah whiteboard dan pasanglah didinding dimana mata kita bisa
mudah mengaksesnya. Tulislah deskjob kita berikut deadline dan cara
pengerjaannya. Cobalah menuliskan peta berpikir kita pada papan putih
itu. Dengan kita menuliskan jadwal, kecenderungan kita untuk patuh akan
menjadi tinggi, sehingga KEDISIPLINAN dan KONSISTENSI dalam berkarya
akan tercipta. Sediakan kalender meja di bawahnya. Lingkari
tanggal-tanggal yang sekiranya penting dan buatlah plan-plan sederhana
pada bulan-bulan berikutnya. Cara ini sangat efektif untuk menyusun
visi-misi kita ke depan, sehingga kita bisa hidup sebagai professional
yang lebih terrencana.
Langkah berikutnya adalah Membuat Deadline-deadline personal.
Jika kita sudah dipatok dengan deadline dari klien, maka buatlah
deadline personal untuk kita sendiri yang jadwalnya jauh lebih maju
daripada deadline mereka. Menyiksa-kah? Jelas! Tapi justru dengan
begitulah kita merasa tercambuk dan tertempa dengan lebih keras. Dengan
adanya deadline personal itu, kita jadi mempunyai waktu leluasa untuk
melakukan perbaikan dan penyempurnaan.
So, mulailah menyusun jadwal kita~!
4. Teori Membanggakan Prestasi Orang Lain
Kata orang, teori ini sangat riskan. Ada sebagian orang yang percaya
bahwa dengan melihat prestasi orang yang lebih unggul akan membuat kita
minder dan putus asa dengan prestasi kita. Sebenarnya itu tergantung
pola pikir saja. Mindset orang pesimis mungkin akan meneriakkan panji
itu. Tapi sebagai orang Optimis, kita justru merasa akan TERCAMBUK
melihat prestasi orang lain yang lebih gemilang.
Apakah kita harus iri dengan prestasi mereka?
Boleh! Asalkan ‘iri’ dalam skala Positif. Jika dia saja bisa sehebat
itu, mengapa kita TIDAK? Jangan jawab pertanyaan ini dengan jawaban
penuh keteduhan: “Nasib orang kan masing-masing”. Memang benar. Tapi
makna dari jawaban itu bukan berarti kita harus menyerah dengan nasib
kita yang sedang terpuruk. Bisa jadi kita terpuruk dalam lembah
kegalauan gara-gara kita MALAS, sementara mereka yang berprestasi hidup
di puncak kecemerlangan semesta karena KEDISIPLINAN mereka dalam
berkarya. Jangan iri yang negatif dengan berusaha menyusun kudeta untuk
menumbangkan prestasi mereka. Melainkan iri-lah dengan semangat
ke-professional-an mereka yang rupawan. Lalu cobalah untuk sharing
passion dengan mereka, sehingga semangat dan kedisiplinan mereka akan
tertular kepada kita.
Jangan melihat orang-orang yang berprestasi itu sebagai saingan,
nanti kita cenderung akan minder dan berusaha menjatuhkan. Melainkan
lihatlah mereka sahabat kita sebagai orang yang sama-sama berjuang di
medan yang sama melawan musuh yang sama, yaitu: KEMALASAN dan
KETIDAKDISIPLINAN.
Masa iya mereka bisa berprestasi sementara kita cukup begini-begini saja? Tidak. Saatnya memulai perubahan itu!
Dengan bekal teori inilah kita akan lebih mudah menjalankan visi-misi
kita ke depan menjemput satu titik finish dengan catatan waktu dan
kualitas terbaik.
5. Teori Maklumat “XGRA AXY”
Kalimat XGRA AXY (*baca: Segera Aksi) dipopulerkan oleh Repooblyq Qdjy, dan konon ini adalah semboyan yang dimaklumatkan dalam setiap aksi-nya. XGRA AXY bermakna: Bersegeralah melaksanakannya!
Esensi dari kata ini adalah:
- Start As Soon As You Can –> Mulai sekarang juga! Jangan ditunda nanti, sejam lagi, atau besok. Sekarang!
- Stop Over Analyzing. Just Do It! –> Jangan kebanyakan mikir! Sudah, lakukan saja dulu!
- Take the highest Risk on your Decision –> Setiap kegiatan pasti ada resikonya. Hadapi saja resiko itu!
Pengecut sejati adalah orang yang gemar menunda-nunda, memilih
bersembunyi dibalik kenyamanan nasib yang belum tentu nyaman, mendewakan
kemalasan, terlalu banyak alasan setiapkali akan memulai sesuatu, dan
takut menerima resiko dari setiap keputusan yang difatwakannya.
Sementara,
Seorang Pemenang sejati adalah orang yang tidak mudah menyerah,
tertawa menantang setiapkali diterpa resiko, berani melakukan hal yang
berbeda dari mainstream, selalu menjunjung tinggi kejujuran dalam
berproses, dan selalu bangkit setiapkali gagal ditengah proses.
Pengecut sejati akan mati dalam ketiadaan dan sirna dalam kenangan
siapapun, sementara Pemenang sejati adalah manusia yang menjunjung harga
dirinya dalam memberikan manfaatnya bagi sebanyak-banyaknya orang.
XGRA AXY mungkin hanya kalimat sederhana, tapi dalam maknanya.
Empat teori di atas hanya akan tetap jadi teori jika kita tidak mempraktekkannya.
XGRA AXY adalah kalimat maklumat untuk melaksanakan empat teori itu.
Tanamkan kalimat XGRA AXY di hati dan pikiran kita, ketika akan berkarya maupun dalan proses berkarya.
Propagandakan kata XGRA AXY setiapkali kita menuliskan ide dan
kata-kata semangat kita di manapun berada; status facebook, buku catatan
harian, schedule-task di whiteboard, dan di dinding kamar mandi. Dengan
adanya triger kalimat ini, maka kita akan malu menunda, dan bersegera
dalam menjalankan kegiatan apapun
—
Lima teori di atas mungkin masih jauh dari sempurna. Pastinya akan
ada teori-teori lain dari rekan-rekan yang telah berhasil merumuskannya
usai bergelut dalam proses. Hal yang paling memuaskan adalah ketika
karya kita SELESAI dan DI APRESIASI oleh orang lain dengan penuh
kebanggan. Dan kesempurnaan dari tuntasnya proses adalah KITA MENJADI
INSAN YANG LEBIH BERHARGA DARIPADA KARYA YANG KITA CIPTAKAN. Selesaikan
setiap hal yang sudah kita mulai.
Menjadi kreatif dan inovatif itu tidak cukup. Kita juga harus DISIPLIN dan KONSISTEN dalam berkarya.
Jangan menutup diri menerima ilmu, karena masih ada ilmu-ilmu bermanfaat lain di luar sana. Terbukalah untuk menerimanya.
Sebarkan ilmu dan teori ini seluas-luasnya. Pastikan orang lain menerima manfaat dari kita.
“Orang yang sombong bukanlah orang yang gemar memamerkan ilmunya, melainkan orang yang enggan menerima ilmu dari orang lain, karena merasa ilmu yang dimilikinya sudah lebih dari cukup”.
~Salam Majelis 7~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar