Rabu, 09 Oktober 2013

Materi Esensial

Writed by: Swetakartika.wordpress.com
Original title: Materi Esensial

Ada berbagai cara untuk menguji durability (ketangguhan) sebuah karya, salah satunya adalah dengan membandingkan dengan karya lain. Sebuah karya dianggap unggul ketika dilihat dari tampilan luar ‘cover’nya saja sudah mengundang ketertarikan untuk melihat. Setelah itu pelihat dipaksa secara halus untuk menelaah karya itu lebih dalam lagi, dan lagi, dan lagi, hingga lahirlah sebuah keterikatan dengan karya. Dan pada akhirnya, usai ‘mengakhiri’ sesi bercumbu dengan sebuah karya, akan lahir sebuah kesan di benak pelihat. Kesan yang menimbulkan sensasi tentang esensi dari sebuah karya, yang menggugah nalar dan keyakinan si pelihat untuk kemudian memberanikan ia berkata:”Karya ini luar biasa.”

Dalam setiap karya, apapun bentuknya, pasti memiliki jenjang dan kasta. Di setiap karya yang luar biasa, rasa kagum si pelihat sudah terbangun sejak tiga detik pertama ia menikmati karya tersebut. Tidak semua karya bisa bicara seperti itu. Karya yang saya maksud disini tentu masih berbatas pada karya visual. Produknya bisa macam-macam, seperti game, ilustrasi, video, film, ataupun komik. Mengapa sebuah karya visual pada akhirnya bisa menyihir pelihatnya hanya dari segi visual? Jawabannya akan kita temukan pada pembahasan selanjutnya.

Saya terkagum ketika mendengar penjelasan dari seorang teman Kelas Inspirasi bernama Yudi, seorang Engineer Pertambangan. Saat ini dia sedang bertugas di somewhere pedalaman hutan Borneo. Yudi bercerita tentang lapisan Batu Bara. Batubara adalah sebuah material batu yang bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar karena terdapat kandungan Kalori di dalamnya. Batubara batuan merupakan batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik yang unsur utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Tumbuhan penyusun batubara antara lain berasal dari kelas Alga, Silofita, Pteridofita, Gimnospermae, dan Aingiospermae (Diessel, 1981). Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Secara garis besar, pengklasifikasian batubara dapat dibagi menjadi tiga kelas, dibagi berdasarkan uruta kedalaman posisinya di dalam perut bumi:
1. Lignit
Adalah batubara yang terdapat pada lapisan paling atas, dan merupakan batubara kelas rendah. Lignit merupakan batubara cokelat yang secara fisik bersifat lunak karena mengandung 35-75% air di dalamnya. Batubara jenis ini memiliki sedikit kalori.
2. Bituminus
Adalah batubara yang terdapat di lapisan tengah. Terbentuknya batubara jenis Bituminus tentu saja lebih lama dibandingkan Lignit. Bituminus mengandung senyawa Karbon antara 68-86% dengan kadar air antara 8-10% dari keseluruhan beratnya. Kalori yang terdapat dalam Bituminus cukup tinggi.
3. Antrasit
Adalah jenis batubara terbaik. Warnanya hitam mengkilat. Antrasit mengandung kalori tinggi dengan kadar karbon antara 86-98% dan kadar air kurang dari 8%. Antrasit berada di lapisan paling dalam di perut bumi dan merupakan batubara kualitas terbaik di dunia.

Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan melalui gambar:


Mendengar penjelasan ini, saya mencoba menganalogikannya dengan konsep ‘memecah’ ide untuk berkarya komik (karena saya seorang komikus :p ).
Terkadang saya bertanya-tanya, mengapa komik Dragon Ball bisa begitu sukses di pasar dunia?
Apa yang membuat ‘materi’ itu begitu menarik untuk dibaca?

Selama bertahun-tahun, saya mengulang pertanyaan itu terus menerus di kepala sambil tidak berhenti melakukan riset atas objek komik itu. Barulah belakangan ini saya menyadari alasannya. Dan ternyata, kunci utamanya sangat sederhana.

Akira Toriyama, komikus yang melahirkan Dragon Ball adalah seorang fisikawan sejati. Itulah hasil riset saya. Akira adalah apprentice (murid) dari Osamu Tezuka, seorang komikus legendaris yang melahirkan Astro Boy. Dari tangan Pak Osamu, terciptalah karakter bocah setengah robot bernama Atom yang terbit pertamakali di tahun 1951 di Jepang. Kemunculan Atom sebagai seorang robot melalui komik Astro Boy telah menginspirasi anak-anak di Jepang untuk bercita-cita menjadi ilmuwan Robotika. Tidak mengherankan mengapa sekarang begitu banyak Ahli Robotika di negri itu. Inspirasi tentang robot tersebut kemudian menular kepada komikus muda di masa itu yang bernama Akira Toriyama. Saat itu, Akira sensei menciptakan sebuah karya komik hasil dari pengembangan inspirasi ‘manusia robot’ karya Osamu yang diberi judul  ARALE. Seperti halnya Atom, Arale adalah seorang gadis kecil yang sejatinya adalah robot. Bayangkan, begitu dahsyatnya pengaruh Osamu hingga akhirnya menginspirasi Akira-sensei untuk menciptakan karya yang sama.
Tidak berhenti sampai disitu, Akira Toriyama kemudian menciptakan Dragon Ball. Setelah membaca ulang komik ini dari jilid 1 sampai 42, barulah saya mengerti betapa jeniusnya Akira Toriyama itu.
Sadarkah kita bahwa setiap musuh Son Go Ku diambil dari penelitian science?
Sadarkah kita bahwa jalan cerita dan karakter-karakter di komik Dragon Ball diambil dari mitos-mitos Jepang?
Sadarkah kita bahwa di dalam komik Dragon Ball hampir semua unsur adalah budaya Jepang?
Tadinya saya juga tidak terlalu memperhatikan, mungkin karena dulu saya masih terlalu kecil untuk mengerti apa itu ‘riset’ pada sebuah komik.
Setidaknya, ini adalah fakta yang sejauh ini bisa saya uraikan dari riset tentang Dragon Ball:
1./ Akira Toriyama mempelajari tentang ilmu astronomi. Dan itulah yang kemudian menginspirasikan dia untuk menciptakan ide ‘Planet Saiya’ hingga berkembang menjadi cerita mengalahkan Freeza.
2./ Akira Toriyama adalah seorang fisikawan robot. Dia juga seorang pakar vehicle (kendaraan dan otomotif). Semua elemen desain kendaraan dan robotnya adalah hasil risetnya terhadap dunia robotika dan mekanika otomotif.
3./ Akira Toriyama adalah seorang profesor di bidang Micro-Biologi. Dia menelaah tenang pergerakan energi intra-seluler dan mempelajari fase metamorfosis untuk mengembangkan karakter Cell dan bionic Manusia Buatan.
4./ Akira Toriyama adalah seorang pakar budaya timur serta penganut Budha yang taat. Setiap karakter dan desain visual di dalam komik ragon Ball diadaptasi dari visual Budaya Asia (Jepang, Cina Kuno, Indonesia, India) dan dikemas secara lembut ke dalam cerita yang luar biasa inspiratif.
5./ Akira Toriyama adalah seorang theolog dan filusuf terapan yang cerdas. Setiap tokoh dan elemen tokoh merupakan ‘ajaran terselubung’ yang jika berasil ditelaah secara mendalam akan ditemukan betapa dahsyatnya penciptaan-penciptaannya. Saiya Super, Iblis Bhu, Filosofi Son Go Ku dan Bezita, dan lain-lain, agaknya akan memerlukan notes khusus untuk mengupasnya.

Kesemua unsur itu kemudian dijahit dengan sangat lembut menjadi sebuah komik berjudul Dragon Ball, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia dan menjadi bacaan wajib bagi penggemar komik tahun 90-an yang inspirasinya terus terkenang hingga saat ini.


Mengapa Akira Toriyama bisa menciptakan komik sebegitu dahsyatnya?

Sederhana jawabannya.
Akira sensei telah menemukan “Materi Esensial” dari sebuah objek di alam ini, untuk kemudian disihir menjadi sebuah karya yang inspiratif.
Seperti halnya lapisan batubara, ide itu memiliki ‘kasta’ tersendiri.
Ide yang dangkal, yang dikembangkan tanpa riset itu seperti Lignit. Gembur dan sedikit kalorinya. Ide yang dangkal, yang dikembangkan asal-asalan, dan dikaryakan dengan kemampuan asal-asalan tidak akan menggugah kekaguman orang lain, karena di dalamnya tidak ada ‘kalori’ yang termuat. ‘Kalori’ ini adalah materi esensial dalam berkarya. Semakin banyak unsur ‘karbon’ untuk menciptakan ‘kalori’, maka semakin bermutu kualitas batubaranya. Semakin banyak elemen riset yang kita angkat ke dalam karya kita, maka semakin besar esensi yang tercipta.
Ide yang unik dan special, yang dikembangkan dengan riset itu seperti Antrasit. Tempat mereka ada di lapisan paling dalam. Tidak bisa asal-asalan untuk mengambilnya. Itulah ide yang dahsyat, dan itu pula lah riset yang dahysat. Antrasit laksana sebuah ide yang adanya hanya di bagian paling dalam di lapisan imajinasi kita. Semakin dekat dengan permukaan imajinasi, maka semakin rendah output pengembangannya. Semakin dalam sebuah ide dan riset yang dikembangkan, maka semakin maut karya yang tercipta.
Antrasit terbentuk lebih lama dibandingkan jenis Lignit dan Subituminus.
Demikian pula untuk sebuah ide dan riset.

“Take your time to research your idea.”

Temukanlah materi esensial dalam berkarya. Materi esensial itu ADA di setiap objek. Semua bidang ilmu, visual, budaya, filosofi, dan keagamaan mempunyai materi esensial masin-masing yang bisa dikembangkan melalui riset untuk menciptakan sebuah karya yang dahsyat. Tidak masalah jika harus mengambil waktu yang lama untuk meriset, daripada asal-asalan mengembangkan ide yang pada akhirnya tidak mendalam dan hanya akan melahirkan karya dengan level ‘biasa’ yang tidak mencuri perhatian dan kekaguman ‘pembacanya’.

Komikus adalah seorang Engineer Visual Storytelling.
Tugas komikus pada level ‘advance‘ adalah menelaah Materi Esensial dari sebuah ide cerita untuk kemudian dikembangkan menjadi sebuah komik yang luar biasa. Riset itu seperti mencari landasan teori dalam menulis tesis. Riset itu seperti mencari pedoman dalam berkarya. Riset itu seperti katalis untuk mengembangkan ide sederhana menjadi karya luar biasa melalui program akselerasi tingkat tinggi. Riset itu seperti teknik untuk menemukan dan mengurai materi esensial dalam setiap objek.

——
//
Karya yang dahsyat itu bukan semata pada saat kita melihatnya saja. Karya yang dahsyat itu justru terasa pada saat kita selesai melihatnya dan terus terngiang dan menjelma ulang disaat kita sudah lelap dalam buaian imajinasi subconscious. Itulah karya yang menginspirasi.

SELAMAT BERKARYA!XGRA AXY!!

{ Sweta/050512 }

-salam majelis 7 -


Tidak ada komentar:

Posting Komentar